Penting untuk mengenal ekonomi digital di era teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat seperti sekarang ini. Seperti yang kita tahu, Jepang sejak setahun lalu mulai memperkenalkan Society 5.0, era digital terbaru yang memanusiakan manusia lewat teknologi. Perkembangan teknologi yang melesat cepat ini juga mendukung gerak perekonomian dunia. Tentunya, Indonesia pun nggak mau ketinggalan. Di tahun 2018 saja, menurut investigasi Tempo, sudah ada 4 unicorn di Indonesia. Keempatnya dengan valuasi di atas 1 miliar dolar, antara lain Go-jek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak. Data ekonomi digital Indonesia mencatat nilai ekonomi digital di negara kita telah mencapai 40 miliar dolar Amerika pada tahun 2019.
Lalu, bagaimana konsep ekonomi digital serta potensi ekonomi digital Indonesia dan perkembangannya di tanah air? Semua akan kita bahas pada artikel kali ini.
Apa Itu Ekonomi Digital?
Sebelum membahas perkembangan ekonomi digital di Indonesia, kita perlu tahu dulu nih, apa itu ekonomi digital. Sebuah jurnal elektronik yang terbit di Social Science Research Network sudah menjelaskan definisinya nih. Ekonomi digital merujuk pada sistem ekonomi yang aktivitasnya berbasis pada teknologi komputasi digital. Masyarakat luas menganggap konsep ekonomi ini sebagai cara menjalankan bisnis melalui pasar digital yaitu internet dan website.
Melansir laman situs Wikipedia, definisi ekonomi digital saat ini sudah merujuk pada cabang ekonomi yang mempelajari barang tak berwujud dengan biaya marjinal nol yang tersebar di internet. Fitur utama dari jenis ekonomi baru ini yaitu mobilitas benda tak berwujud dan fungsi bisnis, ketergantungan pada data, efek jaringan, pasar multi-sisi, serta adanya kecenderungan akan terbentuknya oligopoli dan monopoli.
Di dunia barat, penggunaan istilah digital economy atau ekonomi digital sendiri pertama kali oleh Don Tapscott pada tahun 1995. Pada bukunya yang berjudul The Digital Economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence, Tapscott mengungkapkan ekonomi digital sebagai cara baru manusia dalam berbisnis.
Menurut Thomas Mesenbourg pada bukunya Measuring the Digital Economy (2001), ada setidaknya tiga komponen utama dalam konsep ekonomi digital. Ketiga komponen tersebut antara lain:
- E-business infrastructure (perangkat keras, perangkat lunak, telekomunikasi, jaringan, sumber daya manusia, dan lain sebagainya),
- E-business (bagaimana menjalankan bisnis, setiap proses yang melalui jaringan dengan mediasi komputer), dan
- E-commerce (perpindahan barang, ketika terjadi jual-beli secara online).
Potensi dan Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia
Setelah mengenal ekonomi digital, saatnya mengetahui potensi perkembangannya di tanah air. Indonesia pada saat ini tengah menjajaki era revolusi industri 4.0. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berjalan beriringan dengan perkembangan ekonomi digital Indonesia. Hal ini juga didukung tingginya minat masyarakat terhadap kemudahan yang ditawarkannya. Dalam perkembangannya, peran ekonomi digital dalam perekonomian Indonesia sangat penting. Murahnya harga smartphone dan paket kuota data juga menjadikan sebagian besar masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar sudah terjangkau internet. Zaman sekarang semuanya bisa lebih mudah dengan adanya ponsel pintar, internet, dan segala aplikasi yang bermunculan. Letak geografis udah nggak jadi masalah besar sekarang. Semua orang bisa belanja semua kebutuhan, jajan camilan atau beli makanan dan minuman di resto favorit, bayar-bayar tagihan, bahkan pesan kamar hotel dan tiket transportasi, dari mana aja. Pakai gawai mereka yang terkoneksi internet. Bahkan bisa sambil goleran di kamar. Nah, itulah gambaran akan contoh ekonomi digital di Indonesia.
Perkembangan perekonomian digital di Indonesia sendiri termasuk yang terpesat se-Asia Tenggara. Ini bisa kita lihat dengan banyaknya aktivitas digital yang masyarakat lakukan, baik dari pihak penjual maupun pembeli. Terjadi nggak hanya di marketplace besar macam Lazada, Shopee, Tokopedia dan Bukalapak saja. Masyarakat Indonesia sangat memanfaatkan perkembangan dunia digital dengan gelar lapak di media sosial seperti Instagram, Facebook dan Twitter. Tahun 2017 saja, Tempo sudah memprediksi bahwa ekonomi digital akan menjadi penyelamat perekonomian di Indonesia, dan bisnis start-up akan mulai booming. Nah, benar deh kejadiannya sekarang.
Tantangan Ekonomi Digital di Indonesia
Mengenal ekonomi digital belum lengkap tanpa mengenal tantangannya. Meskipun berkembang pesat, bukannya tidak ada tantangan yang harus pemerintah Indonesia hadapi terkait investasi ekonomi digital di tanah air. Pemerintah RI mau nggak mau harus siap tempur menghadapi 5 tantangan besar berikut ini.
- Keamanan dunia maya atau cyber security
Tantangan besar utama yang membayangi kegiatan ekonomi digital adalah cyber security. Hal ini terjadi tak hanya di Indonesia saja, tapi di berbagai negara, termasuk negara-negara maju. Di Indonesia sendiri, bisnis digital sedang menanjak naik secara pesat. Banyak masyarakat melakukan transaksi secara online. Ini juga menaikkan risiko terjadinya kejahatan cyber.
- Ketatnya persaingan bisnis
Memasuki era digital dengan revolusi industri 4.0, persaingan usaha semakin ketat. Sekarang, yang nggak melek internet dan inovatif dalam berteknologi bisa ketinggalan. Apalagi dengan munculnya berbagai online marketplace, sekarang produk impor yang murah dan berkualitas dengan mudah bisa masuk ke Indonesia. Akibatnya, produk dalam negeri harus putar otak lagi supaya nggak kalah pamor dengan produk luar.
- Pembangunan SDM
Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, kualitas sumber daya manusia juga perlu mengalami peningkatan. Seperti yang diungkapkan Google, negara-negara Asia Tenggara masih minim akan tenaga professional yang bisa mendukung kegiatan ekonomi digital. Nah, ini jadi PR juga buat pemerintah, untuk mempersiapkan SDM Indonesia yang berpemikiran lebih maju dan melek teknologi.
- Tersedianya akses internet yang baik
Memang, sudah lebih dari setengah populasi masyarakat Indonesia yang terjangkau internet yang stabil. Tapi, itu berpusat di kota-kota besar saja, di pulau-pulau padat penduduk seperti Jawa, Bali dan Sumatra. Faktanya, infrastruktur berupa jaringan internet yang stabil masih minim untuk masyarakat di wilayah seperti Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Pemerintah masih perlu melakukan bebagai pembangunan infrastruktur yang lebih luas.
- Regulasi yang nggak sejalan dengan perkembangan zaman
Tantangan lain yang harus dihadapi Indonesia adalah pembaharuan hukum yang berlaku agar sejalan dengan perkembangan zaman. Terutama, regulasi yang mengatur hal-hal berbasis digital.
Prospek Perekonomian Digital di Indonesia
Sebagai pasar terbesar, boleh dibilang raksasa-nya, e-commerce di Asia Tenggara, Indonesia bisa sangat merasakan manfaat ekonomi digital. Tahun lalu, nilai ekonomi Indonesia adalah sekitar 2,5 miliar dolar lebih. Prediksinya, nilai ini akan meningkat hingga ke angka 20 miliar dolar di tahun 2022 mendatang. Selain membantu mendongkrak perekonomian Indonesia, ekonomi digital juga banyak membuka lapangan kerja baru. Perkiraannya, melansir laman situs Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, akan ada sekitar 26 juta pekerjaan baru pada tahun 2022. Lapangan kerja akan bermunculan dengan berkembangnya ekonomi digital ini.
Lebih lanjut, data dari World Market Monitor memproyeksikan bahwa ekonomi digital akan menyumbang 9,5% pada produk domestic bruto Indonesia, atau sekitar 155 miliar dolar Amerika, di tahun 2025 mendatang. Hal ini termasuk juga peningkatan terbukanya lapangan pekerjaan dan juga mendorong produktivitas. Dengan adanya infrastruktur yang mendukung perkembangan ekonomi digital, kita masih perlu melakukan berbagai terobosan untuk memastikan ekonomi digital semakin maju di tanah air. Inilah pentingnya mengenal ekonomi digital.