Budaya – Halo Sahabat Apik, kota Aceh menjadi salah satu kota yang menarik di Indonesia. Kota yang dijuluki serambi mekah ini memiliki beragam keunikan budaya dan tradisi. Terutama penerapan tradisi islam yang menyatu dengan budaya Aceh dalam kehidupan sosialnya.
Provinsi Aceh atau Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) terletak di ujung barat wilayah Indonesia. Aceh memiliki julukan sebagai Serambi Mekkah. Hal tersebut tidak terlepas dari penerapan Syariat Islam yang menyatu secara harmonis dan sangat baik dengan budaya Aceh. Penerapan tradisi Islam di wilayah Aceh menjadi keistimewaan tersendiri di provinsi ini, Aceh pun mendapat status sebagai Daerah Istimewa.
Selain penerapan syariat Islam yang menyeluruh, banyak hal menarik dari wilayah Aceh yang bisa kita simak. Aceh memiliki beragam kebudayaan, suku, adat istiadat hingga bahasa daerah. Nah bagi Sahabat Apik yang penasaran seperti apa kebudayaan serta adat istiadat yang ada di sana, berikut ulasan singkatnya.
A. Budaya dan Kesenian Aceh
Wilayah Aceh menjadi salah satu destinasi yang menarik untuk dikunjungi. Selain karena geografisnya yang indah, Aceh juga memiliki beragam produk kesenian budaya hingga sastra. Contoh umum yang menggambarkan mengenai seni sastra Aceh salah satunya adalah terdapat banyak hikayat-hikayat yang berasal dari wilayah Aceh.
Dalam bidang seni lain, seperti tari Aceh misalnya, kita mengenal Tari Saman yang sudah terkenal tidak hanya di dalam negeri, melainkan hingga ke mancanegara. Tarian ini berasal dari suku Gayo dengan bentuk pementasan yang begitu unik. Sebab, hanya dengan menggunakan nyanyian paduan suara penarinya saja. Ditambah dengan paduan tepuk dada dan tangan. Nyanyian dan tepuk menjadi unsur utama dalam tari Saman, kekompakan dan kerja sama tim menjadi yang menarik untuk disaksikan.
Selain tari Saman yang sudah sangat populer, terdapat beberapa seni teri lain dari wilayah Aceh, seperti:. Tari Ula-ula Lembing dari daerah Melayu Tamiang, Tari Rateb Meuseukat dari suku Aceh, Tari Dampeng dari daerah Singkil, Tari Landok Sampot dari daerah Kluet, Tari Mesekat dari Ala dll.
Provinsi Aceh juga memiliki kesenian berupa lagu daerah dan alat musik tradisional. Diantara beberapa lagu daerah yang enak dinikmati dan mungkin sudah pernah sahabat Apik dengar yaitu Bungong Jeumpa, Tawar Sedenge, Aceh Lon Sayang atau Aneuk Yatim.
Sedangkan alat musik Aceh yang populer dan telah ada sejak berabad lamanya adalah Rapai. Rapai merupakan alat musik tradisional wilayah aceh yang dimainkan dengan cara memukul atau menabuh rapai menggunakan tangan tanpa alat bantu. Di wilayah aceh sendiri setidaknya terdapat 6 jenis rapai: rapa daboih, rapai gerimpheng, rapai pulot, rapai pase atau rapai gantung, dan rapai kisah atau rapai hajat.
Ada juga alat musik lain yang berasal dari wilayah Singkil yaitu canang kayu. Canang Kayu juga merupakan alat musik pukul. Namun berbeda dengan Rapai, cara memainkan Canang kayu dengan menggunakan alat pemukul khusus yang terbuat dari batang pohon jambu. Dalam memainkannya pun bisa dengan memainkan hanya Canang Kayu, atau bisa dengan iringan alat musik lain seperti gendang, canang tembaga, dan gong.
Canang Kayu pada awalnya hanyalah alat musik yang dimainkan oleh masyarakat daerah Singkil sebagai hiburan setelah melakukan aktivitas pekerjaan di sawah. Namun kini alat musik tersebut menjadi alat musik tradisional yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan adat masyarakat Singkil.
B. Bahasa Daerah dan Tradisionalitas
-
Bahasa daerah dan kuliner
Kurang lebih terdapat 12 bahasa daerah yang ada di Provinsi Aceh, sesuai dengan wilayahnya masing-masing. Walaupun bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi, namun bahasa daerah Aceh tetap menjadi menjadi bahasa utama atau bahasa keseharian yang dipakai. Penggunaan bahasa Indonesia hanya digunakan ketika acara dan situasi formal. bahasa daerah yang ada di Aceh antara lain bahasa Melayu, Gayo, Tamiang, Singkil, Haloban, Lekon, Alas, Jamee, Sigulai, Devayan, dan Kluet.
Aceh juga terkenal dengan kuliner khasnya yaitu mie Aceh dan kopi Aceh-nya. Namun, selain kuliner yang sudah populer tersebut, Aceh masih memiliki beragam Makanan khas yang spesial dan unik, antara lain timphan, kue keukarah, kari dan gulai kambing, tasak telu, kuah pliek u, kue adee, sate matang, sie reuboh, meuseukat, dan masih banyak lagi.
-
Rumah adat
Aceh memiliki rumah adat yang disebut Krong Bade. Bangunan rumah adat ini seluruhnya menggunakan bahan kayu, sedangkan atapnya menggunakan anyaman daun enau/rubia. Bentuk rumah adat Krong Bade ini seperti panggung, dimana bagian kolong rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan. Sedangkan bagian atas sebagai tempat tinggal.
Tempat tinggalnya memiliki 3 ruangan utama dan 1 ruangan tambahan. Tiga ruang utama tersebut antara lain seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah), dan seuramoë likôt atau (serambi belakang). Sementara ruangan tambahannya adalah dapur atau rumoh dapu.
-
Pakaian adat
Pakaian adat Aceh yang disebut Ulee Balang cukup unik dan khas, karena merupakan bekas peninggalan Kerajaan Perlak dan Samudera Pasai. Untuk pakaian adat pria dikenal dengan nama baju Linto Biro, sedangkan pakaian adat wanita dikenal nama Daro Buro. Ulee Balang terbagi menjadi dua: Daro Baro untuk perempuan dan Linto Baro untuk laki-laki.
Daro Baro merupakan pakaian berupa baju kurung dan sileuweu. Dilengkapi juga dengan sarung songket yang menutupi bagian pinggul dan dengan tambahan beberapa aksesoris lain. Sedangkan Linto Baro terdiri atas aksesoris kupiah meukeutop sebagai penutup kepala, baju lengan panjang hitam dengan ornamen emas yang bernama meukasah untuk bagian atasan, dan sileuweu (celana panjang) dengan warna senada. Biasanya penggunaan pakaian adat Ulee Balang ini ketika ada kegiatan istimewa, upacara adat hingga acara pemerintahan.
-
Senjata tradisional
Untuk senjata tradisional, Aceh memiliki Rencong. Rencong adalah senjata yang berukuran kecil dan mirip keris. Senjata ini sudah ada sejak zaman Sultan Ali Mughayat Syah, yaitu Sultan pertama Aceh. Rencong merupakan simbol keberanian dan kegagahan masyarakat Aceh hingga saat ini. Dan masyarakat Aceh percaya, bentuk senjata yang menyerupai huruf L ini merupakan simbol Bismillah dalam Islam.
C. Adat istiadat dan tradisi Aceh
Provinsi Aceh memiliki beberapa upacara adat. Upacara tersebut terselenggara berdasarkan fungsinya masing-masing. Secara umum, adat istiadat Aceh memang banyak mendapat pengaruh dari ajaran Islam. Sebagai contoh upacara perkawinan, yang mana penyelenggaraannya memiliki beberapa tahapan. Mulai dari melamar, tunangan, pesta pelaminan, penjemputan mempelai wanita, hingga penjemputan mempelai pria.
Kemudian contoh tradisi Aceh atau prosesi adat yang prakteknya masih berlaku hingga saat ini adalah Meuseuke Eungkot di Aceh Barat dan Upacara Peusijuek. Upacara adat ini merupakan tradisi berupa memercikkan air, yang bercampur dengan tepung tawar, kepada seseorang yang sedang memiliki hajat tertentu. Tradisi peusijuek ini bukan hanya sebagai bagian dari prosesi pernikahan saja. Banyak masyarakat Aceh yang melakukan tradisi ini ketika hendak menempati rumah baru, memulai usaha, setelah terlepas dari masalah/musibah, syukuran haji, perayaan kelulusan, dan lain sebagainya.
Nah demikianlah penjelasan singkat mengenai budaya Aceh secara umum. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi sahabat Apik sekalian.