Budaya Palembang atau Melayu Palembang memberi pengaruh yang sangat besar terhadap citra Palembang secara khusus dan Sumatra Selatan secara umum. Budaya ini tak hanya mengenai adat dan tradisi saja, melainkan juga kesenian yang lahir dari budaya tersebut. Apa saja keunikan budaya Palembang? Kita akan bahas pada artikel kali ini.
Palembang merupakan kota besar yang menjadi ibu kota Provinsi Sumatra Selatan. Kota ini merupakan kota terbesar dan terpadat kedua di Sumatra setelah Kota Medan. Sejarah mencatat kota ini sebagai ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar se-Asia Tenggara pada abad ke-9, yaitu Kerajaan Sriwijaya. Inilah yang menciptakan julukan Bumi Sriwijaya untuk Palembang. Julukan lain yang juga dikenal di dunia barat adalah Venice of the East (Venesia dari Timur).
Suku dan Bahasa
Dengan total populasi Kota Palembang mencapai 1.843.488 jiwa di tahun 2018, kebudayaan suku Palembang sangat kuat dan mendominasi. Hal ini karena suku Palembang yang paling banyak mendiami kota ini. Selain Kota Palembang, suku Melayu Palembang juga banyak yang tinggal di Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Komering Ilir.
Meski dahulu menjadi lokasi kerajaan Buddha, kini budaya Palembang lebih erat hubungannya dengan ajaran Islam. Sebagian besar masyarakat suku Palembang atau Melayu Palembang menganut agama Islam. Bahkan, masyarakat suku Palembang memegang teguh satu semboyan yang berkaitan dengan adat budaya dan syariat Islam. Semboyan itu adalah sondok piyogo, yang dalam bahasa Indonesia artinya “adat dipangku, syari’at dijunjung”.
Bahasa suku Palembang yang paling utama adalah bahasa Palembang yang merupakan dialek turunan dari rumpun bahasa Melayu. Bahasa Palembang bisa dibilang adalah bahasa Melayu dengan dialek Palembang yang mengakhiri kata dengan huruf ‘o’. sementara dialek bahasa Melayu Palembang sendiri ada dua, yaitu baso Palembang Alus dan baso Palembang Sari-sari.
Adat dan Tradisi dalam Budaya Palembang
Meski merupakan salah satu kota besar yang modern, adat dan tradisi masih kental terasa di Kota Palembang. Salah satu yang khas adalah upacara pernikahan adat Palembang. Pengantin Palembang memiliki dua jenis pakaian adat yang dikenakan saat pernikahan, yaitu Aesan Gede dan Aesan Paksangko. Prosesi adat setelah lamaran ada yang namanya Mutus Kato: pernyataan kesanggupan pihak laki-laki untuk memenuhi persyarakat dari pihak calon mempelai perempuan. Setelah akad nikah pun dilakukan serangkaian prosesi adat, yaitu pengantin munggah diikuti prosesi suap-suapan nasi kunyit dan cacap-cacapan air kembang.
Rumah adat
Rumah adat Palembang salah satunya adalah Rumah Limas. Penamaan rumah adat ini adalah karena atapnya yang berbentuk seperti bangun limas. Keunikan rumah ini tak hanya dari atapnya saja, melainkan keseluruhan arsitekturnya. Rumah Limas bergaya rumah panggung dan terdiri dari lima tingkat dengan filosofi terkait kepercayaan masyarakat setempat. Pembangunannya hampir seluruhnya menggunakan bahan kayu khusus yang terkenal kuat dan awet, seperti kayu unglen, kayu seru, dan kayu tembesu.
Tradisi di Palembang
- Tradisi Ngobeng
Salah satu tradisi yang berkembang di Sumatra Selatan adalah tradisi ngobeng di Palembang. Tradisi ini berkenaan dengan tata cara penyajian makanan untuk memuliakan tamu undangan. Biasanya dilakukan pada hajatan tertentu misalnya pernikahan. Tradisi ngobeng-ngidang ini mencerminkan keakraban dan kerukunan dalam bermasyarakat. Pada tradisi ngobeng, makanan disajikan untuk delapan tamu yang duduk melingkar dengan satu wadah besar nasi beserta lauknya disajikan di tengah mereka. Sayangnya, tradisi makan bersama ini mulai tergerus zaman dimana sekarang masyarakat lebih memilih prasmanan atau prancisan. Tugas kita nih, masyarakat Palembang di masa sekarang, untuk melindungi budaya yang hampir lenyap ditelan zaman ini dari kepunahan.
- Tradisi Rumpak-Rumpak
Tradisi rumpak-rumpak adalah tradisi masyarakat Palembang lamo dan keturunan untuk merayakan hari besar agama Islam yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Pada tradisi ini, masyarakat Kelurahan Kuto Batu bersama-sama bersulaturahmi ke rumah-rumah tetangga setelah sholat Ied. Alat musik pukul Terbangan yang melantunkan irama Islami mengiringi tradisi ini.
- Tradisi Bekarang Iwak
Tradisi Bekarang Iwak diselenggarakan Kecamatan Gandus, Palembang hanya setahun sekali. Sesuai namanya yaitu bekarang yang artinya ‘menangkap’ dan iwak yang berarti ‘ikan’, pada tradisi ini warga bersama-sama menangkap ikan. Nantinya, warga bisa membawa pulang ikan secara gratis, sementara pemangku adat akan menjual ikan besar dan hasilnya untuk kepentingan bersama.
- Tradisi di era modern
Sekarang, Kota Palembang juga menyelenggarakan banyak festival budaya tahunan yang menjadi tradisi Palembang di era modern. Pengadaan festival-festival ini adalah untuk memperingati suatu hari besar. Misalnya, Festival Sriwijaya memperingati Hari Jadi Kota Palembang di bulan Juni. Untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI, kita bisa menikmati Festival Bidar dan Perahu Hias spesial dari kota ini. Ada pula berbagai festival yang tujuannya untuk memperingati hari besar agama, misalnya peringatan Tahun Baru Hijriah dan Bulan Ramadhan.
Seni Budaya Palembang
Kesenian asal Palembang yang paling dominan adalah seni tari dan seni teaternya. Berikut penjelasannya:
Seni tari
Tarian Palembang banyak dipentaskan di acara khusus seperti pernikahan dan festival budaya. Biasanya tujuan pentas tari-tarian ini bertujuan menyambut tamu dan memeriahkan acara. Cukup banyak yang berasal dari Palembang, misalnya Tari Gending Sriwijaya, Tari Erai-erai, Tari Setudung Sedulang, Tari Sambut Silampari, Tari Tepak Keraton, dan Tari Tanggai.
Seni pertunjukan
Dulmuluk adalah salah satu seni pertunjukan teater asal Palembang. Namanya berasal dari penciptaan kitab Kejayaan Kerajaan Melayu yang berjudul Syair Abdul Muluk. Melansir laman situs balitbangnov Sumatra Selatan, awal terciptanya kesenian teater ini adalah pembacaan syair oleh Wan Bakar pada tahun 1854. Agar lebih menarik, pembacaan ini dibarengi peragaan oleh sekelompok orang, dan juga diiringi musik gambus dan terbangan.
Kerajinan khas Palembang
Selain kedua jenis kesenian tersebut, Palembang juga terkenal akan hasil kerajinannya yang khas yaitu kain songket. Kain ini adalah kain buatan tangan dengan menggunakan alat tenun tradisional. Warna dasar kain songket adalah merah dan emas yang melambangkan masa keemasan Kerajaan Sriwijaya dan mendapat pengaruh dari budaya Tiongkok. Warna emasnya juga spesial, yaitu dari penggunaan benang emas dari Tiongkok, Jepang dan Thailand. Karena pembuatan dan bahan-bahan istimewa inilah yang membuat harga kain songket lumayan tinggi.
Makanan khas Palembang
Pempek merupakan makanan khas Palembang yang paling super duper terkenal seantero Indonesia. Bahkan, kalau kita dengar kata ‘Palembang’, yang terpikir pertama dalam pikiran pasti pempek. Bahan utama camilan ini adalah daging ikan tengiri dan tepung sagu. Penyajian gorengan adonan bertambah lengkap dengan kuah berupa saus cuko (cuka). Ada banyak jenis pempek yang sekarang bisa kita nikmati. Yang paling terkenal adalah pempek kapal selam. Jenis pempek lainnya termasuk pempek lenjer, pempek keriting, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah, dan lain-lain. Ada pula jenis pempek berdasarkan isiannya, yaitu pempek telur, pempek tahu, pempek kulit, dan lain sebagainya.
Selain pempek, Palembang juga punya aneka jenis camilan yang mirip-mirip, seperti tekwan, laksan, model, dan celimpungan. Ada pula aneka jenis makanan khas lain seperti mie celor, burgo, maksuba, lakso, pindang patin, otak-otak, kemplang, kue srikayo, tempoyak, dan masih banyak lagi.