Budaya – Halo Sahabat Apik, masih dengan artikel seputar tradisi dan kebudayaan Nusantara. Nah pada kesempatan kali ini KabarApik akan mengulas mengenai budaya Sulawesi Tenggara. Untuk lebih lengkapnya langsung saja simak ulasan berikut:
A. Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa suku bangsa memiliki sejumlah bahasa daerah yang berbeda. Bahasa daerahnya adalah sebagai berikut.
- Tolaki meliputi dialek Mekongga, Wawonii, Kulisusu, Konawe, Mororene, dan Kabaena.
- Bahsa Muna (Wuna) meliputi dialek Mawasangka, Tiworo, Siompu, Kotabengke, dan Kadatua, dan Gu.
- Bahasa Pancana meliputi dialek Kamaru, Lasalimu, Kapontori, dan Kaisabu.
- Wolio (Buton) meliputi dialek Pesisir, Keraton, Tolandona, Bungi, dan Talaga.
- Bahasa Cia-Cia meliputi dialek Batauga, Wabula, Sampolawa, Takimpo, Kondawa, Laporo, Halimambo, Wali dan Batu Atas.
- Bahasa Suai meliputi dialek Kaledupa, Tomia, Wanci dan Binongko.
Selain bahasa-bahasa daerah di atas, di beberapa daerah ada pula bahasa Bajo dan Bugis. Jadi, di Sulawesi Tenggara sekurang-kurangnya menggunakan sembilan kelompok bahasa daerah.
B. Rumah Adat budaya Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai ciri khas dalam seni bangunan, yaitu segi empat memanjang berbentuk panggung (pile dwelling) yang agak tertutup. Rumah adat Sulawesi Tenggara terdiri atas ruangan untuk menerima tamu pada bagian depan dan dalam, ruang pertemuan adat, kamar tidur, dan ruang makan dan dapur di bagian belakang. Di bagian bawah rumah sebagai kandang ayam atau ternak babi. Rumah ini terbuat dari balok kayu sebagai tiang dan badan rumah. lantai dan dinding menggunakan papan, atap dari bahan rumbia, alang-alang dan nipah.
Selain bangunan rumah penduduk, juga terdapat rumah adat untuk pertemuan (Baruga) dan rumah yang ada di kebun atau ladang (Pineworuai).
Pembahasan lengkapnya silahkan klik Rumah Adat Sulawesi Tenggara Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
C. Pakaian Adat budaya Sulawesi Tenggara
-
Pakaian Adat Muna
Suku Muna mendiami kabupaten Muna. Kaum Pria di suku Muna biasanya mengenakan baju (bhadu), sarung (bheta), celana (sala), dan kopiah (songko) atau ikat kepala (kampurui) untuk pakaian sehari-hari. Baju berlengan pendek dan berwarna putih. Ikat kepala berupa kain bercorak batik, serta ikat pinggang terbuat dari logam berwarna kuning yang selain berfungsi sebagai ikat pinggang juga untuk menyelipkan senjata tajam. Sarungnya berwarna merah dan bercorak geometris.
Kaum wanita suku Muna mengenakan busana yang terdiri atas bhadu, bheta, dan kain ikat pinggang yaitu simpulan kagogo. Wanita Muna memakai baju berlengan pendek atau kuto kutango untuk pakaian sehari-hari.
-
Pakaian Adat Buton
Pada umumnya orang Buton mengenakan pakaian biru-biru yang terdiri atas sarung dan ikat kepala tanpa baju. Pakaian sehari-hari kaum wanita (kombowa). Pakaian ini terdiri atas unsur baju dan kain sarung bermotif kotak-kotak kecil (bia-bia itanu). Masyarakat Buton memiliki pakaian adat untuk upacara adat yaitu posuo. Selain itu, pada saat upacara posuo memingit gadis, gadis Buton harus mengenakan busana kolambe, dan pada saat upacara sunatan, anak laki-laki Buton mengenakan busana yaitu ajo tandaki.
-
Pakaian Adat Tolaki
Seragam adat untuk kaum laki-laki Tolaki terdiri atas babu ngginasamani (baju berhias sulaman), saluaro mendoa (celana), sul epe (ikat pinggang dari logam), dan pabele (daster). Sedangkan pakaian perempuan Tolaki disebut babu ngginasamani (baju), sawu (sarung), sulepe, dilengkapi dengan aksesories (tusuk konde, hiasan sanggul, andi-andi (anting-anting), eno-eno (kalung leher), bolosu (gelang tangan), dan alas kaki solop (selop)).
Pembahasan lengkapnya silahkan klik Pakaian Adat Sulawesi Tenggara Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
D. Kesenian Tradisional budaya Sulawesi Tenggara
-
Tarian Tradisional
- Tari Malulo
Tarian lulo atau malulo merupakan tarian yang identik dengan budaya Sulawesi Tanggara. Pada awalnya tarian ini merupakan tarian sakral dan penuh filosofis. Akan tetapi, dalam perkembangannya Malulo sekarang sudah menjadi tarian pergaulan atau tarian rakyat yang biasanya secara spontan pada setiap acara-acara pesta ataupun acara oleh instansi atau organisasi.
Tarian ini merupakan tarian perang untuk menyambut tamu agung pada saat perkawinan para bangsawan dan mengantar jenazah bangsawan. Tarian ini juga ada pada saat pelantikan seorang raja. Tari ini mempertontonkan ketangkasan, kewaspadaan dalam menyerang musuh, dan membela diri dalam pertempuran.
-
- Tari Lumense
Lumense barasal dari kata Lume yang berarti terbang dan Lense yang berarti Tinggi. Jadi, Lumense berarti terbang tinggi. Tarian ini berasal dari kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana. Selain itu tarian ini bermakna pemujaan kepada sang Dewa. Lumense dipersembahkan pada acara penyambutan tamu pesta rakyat di kabupaten Bombana.
-
- Tari Dinggu
Tarian ini menggambarkan sikap kegotongroyangan masyarakat dalam menumbuk padi. Tarian ini dilakukan dengan memukul-mukul lesung menggunakan alu hingga membentuk irama musik yang menyentuh kalbu.
-
Alat Musik Tradisional
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa alat musik tradisional, seperti okanda, karandu, yaitu gong yang dibunyikan untuk mementaskan tarian yang disebut lulo, mengantar pengantin, menyambut tamu. Ada juga oer-orenggoe, yaitu sejenis tambur yang dibuat dari kayu khusus. Alat musik petik yang namanya Kabosi dimba-dimba, dan alat musik tiup yang namanya wuwuho.
-
Lagu Daerah
Lagu daerah Sulawesi Tenggara jumlahnya sangat banyak. Ada yang digunakan untuk mengiringi upacara adat atau mengiringi jenis kesenian. Salah satu lagu daerah tersebut adalah Peia Tawa-Tawa.
-
Seni Kerajinan Rakyat
Hasil budaya berupa seni kerajinan masyarakat Sulawesi Tenggara salah satunya adalah tenun kain yang terletak di desa Masalili. Selain itu, jenis seni kerajinan lain diantaranya adalah kerajinan emas, kerajinan akar, kerajinan perak, serta kerajinan rotan.
-
Senjata Tradisional
Senjata khas masyarakat Sulawesi Tenggara adalah keris dari besi dengan pamor perak, dan hulunya terbuat dari gigi ikan duyung. Selain itu ada juga lolabi (Muna), yaitu senjata sejenis badik,serta sapinggara, yaitu tombak dengan banyak ujung.
E. Upacara Adat budaya Sulawesi Tenggara
Masyarakat Sulawesi Tenggara melakukan serangkaian upacara adat daur hidup yang berawal dari kelahiran, masa dewasa, perkawinan, dan kematian serta upacara adat lainnya,
- Upacara Kelahiran
Di daerah Muna, sebelum kelahiran akan ada upacara yang bernama kasambu. Setelah kelahiran bayi terdapat upacara kampua ketika bayi berumur 44 hari. Kemudian, upacara turun tanah yaitu upacara kaghabui.
- Upacara Menjelang Dewasa
Bagi seorang gadis yang menginjak dewasa akan ada upacara pemotongan rambut, selain itu ada upacara pemingitan yaitu karia (Muna), manggilo (Tolaki), yang merupakan upacara penyucian gadis menjelang dewasa.
- Upacara Perkawinan
Pada masyarakat Sulawesi Tenggara mengenal empat cara perkawinan, yaitu masasapu (bentuk perkawinan dengan peminangan), ropolosu atau humbuni (perkawinan lari bersama), pinola suako atau popalaisaka (kawin lari paksaan pihak laki-laki), dan moruntandole atau uncura (perkawinan atas desakan pihak laki-laki meskipun gadis sudah bertunangan dengan laki-laki lain)
- Upacara Kematian
Pada masyarakat Tolaki mengadakan acara pukul gong dengan irama tertentu yaitu batubanggwea. Kemudian menyembelih seekor kerbau yang disebut mbenao. Mereka yang berduka biasanya mengikat kepala dengan kain putih yaitu lowani. Selain itu, mayat masuk ke dalam wadah yaitu soronga, kemudian membawa mayat ke dalam gua batu atau dalam rumah khusus di tengah hutan sebagai tempat kuburnya.
- Upacara Monahu Ndau
Upacara ini terlaksana setelah panen padi yang biasanya di lapangan terbuka. Dalam upacara ini para pengunjung menarikan tari lulo ngganda yang diiringi tetabuhan okanda.
- Upacara Motasu
Upacara ini merupakan tradisi suku Tolaki yang hadir dalam rangaka pembukaan ladang baru yang tertuju kepada Dewi Kesuburan (songgoleobae). Selain itu motasu ini berakhir dengan berkumpul untuk berpesta (sekonggo motasu nggenikku).
- Upacara Ghoti Katumpu
Biasanya terselenggara oleh masyarakat Muna pada permulaan pembukaan hutan dan setelah panen.
F. Makanan Khas budaya Sulawesi Tenggara
Makanan Tradisional Khas Sulawesi Tenggara
- Sinonggi, Bubur yang terbuat dari sagu yang disiram air mendidih. Sinonggi menikmatinya dengan sayur kerang dan sup ikan sebagai pelengkap.
- Satai Pokea, Satai kerang air tawar dengan bumbu kacang yang lengkap dengan geges (ketan panggang) dan lontong.
- Kinowu manu, Ayam masak bumbu.
- Kinowu Tawawanggole, Daun singkong masak dengan bumbu khusus.
- Tinira Nggaluku, Umbu.
- Kowoe Nineihi, Siput sawah.
- Pisang Epe, Pisang bakar yang berpadu dengan saus.