Budaya  

Seni dan Budaya Banten beserta Adat Tradisinya

budaya banten
Debus

Seperti halnya budaya daerah lain di Indonesia yang juga multi-etnik, budaya Banten pun sangat unik dan beragam. Di Provinsi Banten, tepatnya di Kabupaten Lebak, tinggal Suku Baduy dengan budaya dan adat tradisinya yang unik dan eksklusif. Suku Baduy yang tertutup dan mengisolasi diri dari dunia luar mendiami Desa Kanekes di kaki pegunungan Kendeng. Tapi, kali ini kita nggak akan bahas secara khusus tentang budaya Suku Baduy saja. Pembahasan artikel kali ini akan mencakup keseluruhan aspek budaya Banten.

Suku dan Bahasa Banten

Suku Baduy

Sebagian besar penduduk Provinsi Banten adalah suku Banten yang populasinya sekitar 2,1% dari total penduduk Indonesia, menurut sensus tahun 2010. Jumlah tersebut kurang lebih ada pada angka 4.657.000 jiwa. Masyarakat suku Banten adalah orang Sunda yang tinggal di bekas daerah kekuasaan Kesultanan Banten. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Banten, yaitu bahasa Sunda dengan dialek Banten yang terdengar seperti versi ‘kasar’ bahasa Sunda. Terdengar demikian karena karakter orang Banten yang keras dan tegas, khas penduduk daerah sekitar pesisir pantai. Penggunaan bahasa lain antara lain bahasa Sunda di wilayah Lebak dan Pandeglang, bahasa Jawa Banten oleh etnik Jawa di Serang dan Cilegon, serta dialek Betawi oleh penduduk wilayah utara Kota Tangerang.

Rumah tradisional Banten

Rumah Adat Suku Baduy

Keunikan rumah adat Banten ada pada budaya Suku Baduy yang masih memegang teguh adat istiadat suku mereka. Rumah adat Baduy merupakan rumah panggung dengan bahan yang sangat tradisional. Semuanya menggunakan bahan dari alam, seperti bilik dari anyaman bambu dan kayu untuk fondasi atau kerangka rumah, dinding, dan lantai. Sementara atap rumah suku Baduy terbuat dari ijuk dan daun sirap. Cara membangun rumahnya pun sangat tradisional, tapi hasil akhirnya justru lebih kokoh dan tahan gempa. Mereka menyambung dua kayu dengan teknik paseuk atau pasak. Sementara untuk menyatukan bagian-bagian rumah, mereka mengikat atau menjepitnya.

Baca Juga ini Ya !! =>  Budaya Palembang yang Membangun Citra Sumatra Selatan

Selain rumah adat Baduy, ada pula rumah adat Kasepuhan Banten Kidul. Bentuknya kurang lebih sama, tapi dengan tambahan unsur kebudayaan Banten yang lebih modern.

Pakaian adat Banten

Dilansir dari laman situs resmi Provinsi Banten, pakaian adat Banten untuk pria terdiri dari baju koko dengan kerah tertutup serta celana panjang. ikat pinggang mengikat kain batik pada bagian pinggang. Sebagai aksesoris, busana adat dilengkapi dengan parang yang terselip di bagian depan. Sehelai kain juga menghiasi bagian bahu. Sementara para wanita Banten mengenakan atasan kebaya dan bawahan kain batik. Sehelai kain juga menghiasi bagian bahu, dan bros menghiasi bagian depan kancing kebaya. Tatanan rambut yang melengkapi busana ini adalah sanggul dengan hiasan kembang goyang warna emas.

Senjata tradisional Banten

Golok Ciomas

Senjata tradisional memiliki nilai sejarah, terutama hubungannya dengan masa perang. Golok adalah senjata tradisional Banten yang tak hanya digunakan dalam pertarungan dan bela diri tetapi juga untuk berladang dan berburu. Senjata ini juga umum penggunaannya dalam seni pencak silat yang berkembang di wilayah Banten. Salah satu golok khas daerah Banten adalah golok Ciomas yang terkenal akan ketajaman golok dan kemistisannya.

Makanan khas Banten

Rabeg Banten

Rabeg adalah salah satu makanan khas Banten yang paling khas dan populer. Makanan dengan bahan utama daging dan jeroan kambing ini mirip dengan rawon atau gulai. Selain rabeg Banten, ada juga makanan khas lainnya, seperti sate bandeng, nasi belut, angeun lada, ketan bintul, sate bebek Cibeber, dan masih banyak lagi.

Ragam Kesenian Budaya Banten

1. Seni pertunjukan

budaya banten
Debus

Salah satu bentuk kebudayaan Banten yang sangat khas dan asli Banten adalah debus. Seni bela diri asal Banten ini lahir pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin di abad ke-16. Kesenian ini bernuansa magis yang menggabungkan kebatilan dengan seni gerak dan seni suara. Singkatnya, debus mempertunjukkan kemampuan luar biasa orang yang mempraktikkannya. Yang disuguhkan antara lain kebal terhadap senjata tajam misalnya golok, kebal api, memasukkan benda ke dalam kelapa yang masih utuh, makan paku, minum air keras, menggoreng telur di kelapa, dan lain sebagainya. Nama debus sendiri berasal dari kata dalam bahasa Arab yang berarti tongkat besi berujung runcing dan berhulu bundar. Selain debus, Banten juga terkenal akan berbagai hasil seni budaya seperti pencak silat, rudad, dog-dog, palingtung, dan lojor.

Baca Juga ini Ya !! =>  Tak Hanya Sunda, Ketahui Semua Budaya Jawa Barat Ini!

2. Seni tari

Tari Cokek

Seni budaya Banten sedikit banyak mendapat pengaruh dari berbagai budaya lain, seperti budaya Tiongkok, Sunda, dan ajaran Islam. Maka dari itu, ragam seni tari yang berkembang di wilayah ini pun kurang lebih sama dengan yang ada di Jawa Barat, seperti Tari Ketuk Tilu. Ada juga Tari Saman atau Dzikir Saman yang juga merupakan tarian khas Aceh. Banten juga punya Tari Topeng, Tari Dala’il Wajun, Tari Katuran dan tari-tarian tradisi lainnya. Ada juga Tari Cokek asal Tangerang yang mendapat pengaruh dari budaya Sunda, budaya Tiongkok, dan budaya Betawi. Pentas tari dengan iringan gambang kromong ini dulunya menjadi hiburan orang Belanda pada zaman penjajahan. Sekarang, Tari Cokek hanya dipertunjukkan pada acara tertentu saja.

3. Seni musik

Angklung Buhun

Alat musik Banten antara lain angklung buhun dari Suku Baduy, pantung bambu, serta kesenian rampak beduk. Angklung buhun juga dikenal dengan sebutan angklung Baduy. Alat musik ini kabarnya hanya boleh dimainkan saat upacara adat Pere Huma yang diselenggarakan pada bulan ketujuh dan kedelapan. Kesenian pencak silat yang berkembang di Banten juga memiliki musik pengiring bernama petitung. Alat musik ini terdiri dari terompet petitung,kendang, kenong, kempul, kecrek, dan gong panggang. Sementara kesenian Rudad di Banten diiringi seperangkat alat musik terbang atau rebana.

4. Cerita rakyat

Beberapa cerita rakyat Banten juga meramaikan ragam seni budaya dan sastra di Banten. Ada beberapa kisah legenda yang meneritakan asal mula suatu daerah. Beberapa judul yang paling terkenal antara lain Asal Mula Pandeglang (Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari), Asal Mula Prasasti Munjul, Asal Mula Gunung Pinang, Asal Mula Cikaputrian, Asal Mula Tanjung Lesung, dan Legenda Batu Kuwung.

Baca Juga ini Ya !! =>  Budaya Sulawesi Tengah yang Eksis Hingga Sekarang

Tradisi dan upacara adat dalam budaya Banten

Banyak adat dan tradisi Banten yang kurang lebih sama dengan yang dilakukan oleh suku lain seperti suku Sunda dan suku Jawa. Beberapa tradisi juga mendapat pengaruh dari ajaran Islam yang berkembang pesat di Banten. Adat dan tradisi tersebut biasanya berkaitan dengan siklus hidup, yaitu upacara adat kehamilan, kelahiran, pernikahan dan kematian. Suku Baduy yang masih memegang teguh dan melestarikan adat dan tradisi memiliki setidaknya 3 upacara penting. Ketiga upacara adat tersebut yaitu upacara ngawalu, upacara ngalaksa, dan upacara adat seba. Ketiganya juga berkaitan dengan kegiatan berladang yang masih dilakukan Suku Baduy hingga kini.

budaya banten
Seba Baduy

Ngawalu menjadi upacara ‘kembali’-nya padi dari ladang ke lumbung atau leuit. Upacara ini dilaksanakan tiga kali pada bulan Kawalu. Ngalaksa sendiri adalah upacara pembuatan laksa, yaitu sejenis mie yang lebar dan dibuat dari tepung beras. Upacara ini setara dengan ‘hari lebaran’ bagi masyarakat Suku Baduy yang berpuasa pada bulan Kawalu. Yang terakhir adalah upacara Seba, yaitu kunjungan ke rumah Bapak Gede, sebutan pimpinan pemerintahan seperti camat, bupati dan gubernur. Upacara ini dilakukan setahun sekali sebagai bentuk ketaatan dan kerja sama Suku Baduy dengan pemerintahan RI. Upacara ini juga menjembatani komunikasi kedua belah pihak.