Budaya – Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sebuah provinsi yang terdiri dari beberapa pulau besar antara lain Flores, Alor Sumba, Timor, Lembata, Sabu, Rote, Adonara, Komodo, Solor dan Palue. Ibukotanya adalah kota Kupang. Nah buat sahabat Apik yang ingin tau lebih banyak, berikut kabarapik akan mengulas secara singkat mengenai tradisi dan budaya Nusa Tenggara Timur.
A. Suku Bangsa Nusa Tenggara Timur
Pertama kita kenali terlebih dahulu mengenai masyarakatnya. Penduduk asli NTT sangat beragam dan terdiri dari berbagai suku. Jumlah suku yang bervariatif membuat provinsi ini memiliki keanekaragaman tradisi dan budaya yang sangat kaya.
Apa saja suku yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur? Berikut rinciannya:
- Helong: Sebagian wilayah Kabupaten Kupang
- Dawan: Sebagian wilayah.
- Tetun: Sebagian besar Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste.
- Kemak: Sebagian kecil Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste.
- Marae: Sebagian kecil Kab. Belu bagian utara dekat dengan perbatasan dengan Negara Timor Leste.
- Rote: Sebagian besar pulau rote dan sepanjang pantai utara Kab Kupang dan pulau Semau.
- Sabu / Rae Havu: Pulau Sabu dan Raijua serta beberapa daerah di Sumba.
- Sumba: Pulau Sumba.
- Manggarai Riung: Pulau Flores bagian barat terutama Kan Manggarai dan Manggarai Barat.
- Ngada: Sebagian besar Kab. Ngada.
- Ende Lio: Kabupaten Ende.
- Sikka-Krowe Muhang: Kabupaten Sikka.
- Lamaholor: Kabupaten Flores Timur meliputi Pulau Adonara, Pulau Solor dan sebagian Pulau Lomblen.
- Kedang: Ujung Timur Pulau Lomblen.
- Labala: Ujung selatan Pulau Lomblen.
- Pulau Alor: Pulau Alor dan pulau Pantar
B. Bahasa Daerah Nusa Tenggara Timur
Keragaman suku di Provinsi Nusa Tenggara Timur juga mempengaruhi kekayaan bahasanya. Sebab setiap suku di wilayah tertentu memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Sehingga jumlah bahasanya cukup banyak dan tersebar di pulau-pulau, bahasa daerah NTT beberapa diantaranya adalah:
- Bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan Amarasi, Helong Rote, Sabu, Tetun, Bural digunakan oleh masyarakat Timor, Rote, Sabu, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
- Berikutnya bahasa Tewo kedebang, Blagar, Lamuan Abui, Adeng, Katola, Taangla, Pui, Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule, Aluru, Kayu Kaileso oleh masyarakat Alor dan pulau-pulau di sekitarnya.
- Bahasa melayu, Laratuka, Lamaholot, Kedang, Krawe, Palue, Sikka, lio, Lio Ende, Naga Keo, Ngada, Ramba, Ruteng, Manggarai, bajo, Komodo digunakan oleh masyarakat Flores dan pulau-pulau disekitarnya.
- Bahasa Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi digunkan oleh masyarakat Sumba dan pualu-ulau kecil disekitarnya.
C. Rumah Adat Nusa Tenggara Timur
Banyak sekali jenis rumah adat yang ada di provinsi ini. Akan sangat panjang jika kita mengulasnya satu per satu. Salah satu rumah adat yang menarik adalah Rumah adat Saoata Musalakitana. Rumah ini adalah rumah adat yang biasanya menjadi tempat tinggal lurah, camat atau pra pembesar lainnya. Bentuknya seperti rumah panggung dan di bagian bawahnya terdapat balai panjang yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Bangunannya ditopang oleh tiang yang berdiri pada landasan batu besar, sehingga tidak perlu tertanam dalam tanah.
D. Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur
Sama seperti bahasa daerah, pakaian adat juga terpengaruh oleh beragamnya suku yang ada di provinsi ini. Tiap suku di masing-masing wilayah memiliki pakaian adat tradisionalnya. Salah satu contoh adalah pakaian adat wilayah Rote, pakaian adat bagi laki-laki adalah menggunakan berupa topi yang khas, baju jas, selempang kain tenun dan sarung kain tenun untuk bawahan. Kemudian sebilah golok terselip di bagian depan perut. Perhiasan sebagai ornamen tambahan berupa kalung dan pending.
Sedangkan untuk perempuan, memakai hiasan kepala yang berbentuk bulan sabit. Kemudian selempang tenun di bahu, lalu kain tenun yang menutup dari bagian dada hingga kaki. Ornamen perhiasan yang dipakai berupa subang, pending, kalung dan gelang tangan.
E. Tarian khas Nusa Tenggara Timur
Tarian adat provinsi Nusa Tenggara Timur sangat beragam, selain karena banyaknya suku yang ada di sana, wilayahnya yang terdiri atas banyak pulau membuat setiap wilayahnya memiliki tradisi yang berbeda-beda termasuk juga untuk tarian tradisionalnya. Dari sekian banyak jenis tarian, berikut beberapa diantaranya:
- Tari Perang, yaitu tari yang menunjukkan sifat keperkasaan dan kecakapan dalam memainkan senjata. Nah senjata yang dipakai adalah berupa cambuk dan perisai.
- Tari Gareng Lameng, biasanya dipertunjukkan pada upacara Khitanan. Tarian ini merupakan bentuk ucapan selamat serta permohonan berkat kepada Tuhan agar sehat lahir dan batin dan sukses dalam hidupnya.
- Tari Lendo Nusa Malole, memiliki makna yang berarti tarian dari negeri yang indah. Tarian ini menggunakan iringan musik sasando dan merupakan tarian penyambut tamu dengan gerakan tari tertentu sehingga massa ikut dalam kegembiraan.
F. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur
Secara umum, senjata tradisional yang digunakan oleh masyarakat di wilayah Nusa Tenggara Timur adalah Sundu atau Sudu, senjata ini sekilas memiliki bentuk seperti keris. Banyak masyarakat yang menganggap senjata tradisional tersebut sebagai sebuah senjata tikam yang keramat. Selain itu, beberapa senjata tradisional lainnya adalah Pisau, Saweo, Kapak, Parang, hingga Senapan Tumbuk.
G. Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur
Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yang lebih familiar dan paling terkenal adalah Sasando. Tidak hanya di ranah domestik, sasando juga bahkan sudah terkenal hingga ke mancanegara.
Berikut beberapa alat musik tradisional provinsi NTT:
-
Sasando
Alat musik ini berasal dari pulau Rote. Sasando terdiri atas 2 bagian utama, bagian yang terbuat dari bambu dan yang terbuat dari daun lontar. Pada bagian yang terbuat dari bambu ini tempat melekatnya dawai-dawai sasando. Untuk banyak dawainya bervariasi, ada yang banyaknya 28 dawai (sasando Engkel), 56 dawai (sasando Dobel), atau 84 dawai. Dawai-dawai tersebut terpasang melingkar bambu dengan panjang yang beragam.
-
Heo
Heo merupakan alat musik gesek yang terbuat dari papan dan alat gesek yang terbuat dari rangkaian ekor kuda. Alat musik ini memiliki 4 dawai dengan nada dasar yang berbeda. Untuk cara memainkannya sama persis seperti cara memainkan biola.
-
Foy Doa
Foy Doa berasal dari daratan Flores. Berdasarkan katanya, Foy Doa memiliki arti suling ganda. Jadi alat musik ini tersusun atas 2 atau lebih suling dan memainkannya secara bersama-sama. Pada umumnya permainan alat musik ini untuk mengiringi syair ataupun nyanyian petuah dari orang-orang tua sebagai nasihat bagi anaknya.
-
Knobe Khabetas
Yang satu ini merupakan alat musik tradisional yang telah ada sejak jaman batu. Bentuknya cukup unik seperti busur panah, berupa lengkungan bambu yang terikat menggunakan tali yang tipis tapi lebar. Selain bentuknya, cara memainkannya pun cukup unik dan kudak, hanya dengan mendekatkan tali ke mulut kemudian meniupnya. Di masa lampau alat musik ini dulu sering menjadi hiburan bagi petani ketika menjaga sawah atau menunggu tanaman di kebunnya dari serangan hama.
-
Leko Boko
Alat musik tradisional ini juga terkenal dengan sebutan Bijol. Leko Boko merupakan alat musik yang sangat unik sebab merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari dari beberapa bahan yaitu labu hutan sebagai resonator, kemudian kayu sebagai tangkai, dan usus kuskus untuk dawainya. Cara memainkannya sendiri dengan cara menggesek seperti halnya memainkan alat musik Heo yang telah kita bahas sebelumnya.
Nah, sekian sahabat Apik sekalian ulasan singkat mengenai tradisi dan budaya Nusa Tenggara Timur. Semoga informasi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi sahabat Apik sekalian.