Sejarah – Sahabat Apik, kali ini kita akan membahas mengenai sejarah singkat kerajaan Banten. Kerajaan Banten ini merupakan kerajaan Islam yang berada di wilayah Tataran Sunda atau bagian barat Pulau Jawa. Kerajaan ini menurut sejarahnya memiliki hubungan yang cukup erat dengan Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon.
Wilayah Banten ini lalu berkembang menjadi kerajaan independen dan juga sebagai kota dagang pesisir, kehidupan ekonomi kerajaan Banten cukup bagus. Karena hal tersebut, sehingga Kerajaan Banten menjadi salah satu wilayah yang pertama didatangi oleh Belanda di Nusantara. Kedatangannya dipimpin langsung oleh Cornelis de Houtman dan selanjutnya Jacob van Neck. Kerajaan Banten ini tumbuh menjadi salah satu kerajaan yang kuat, akan tetapi pada akhirnya runtuh akibat adu domba politik yang dilakukan oleh VOC.
Lokasi Kerajaan Banten berada di wilayah barat Pulau Jawa, dengan pusat kekuasaannya yang di pantai utara. Di puncak kekuasaannya, kerajaan Banten pernah melancarkan sebuah ekspedisi dengan tujuan untuk menaklukkan Sumatra. Seperti wilayah Lampung, Bengkulu, dan juga Tulangbawang. Akan tetapi ekspedisi tersebut gagal ketika baru mencapai Palembang.
Di pulau Jawa sendiri, Kerajaan ini berkuasa mulai dari wilayah Pakuan, pelabuhan Sunda Kelapa hingga berbatasan langsung dengan wilayah kekuasaan Kesultanan Cirebon. Berikut sejarah singkat kerajaan Banten yang perlu kamu ketahui.
A. Masa Kejayaan dan Masa Keruntuhan Kerajaan Banten
Menurut sejarahnya, masa kejayaan dari Kerajaan Banten ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Sebab ia berhasil mempertahankan dan menjaga wilayah Banten hingga menjadi besar. Bahkan di tengah ramainya persaingan dan kepentingan bangsa asing, kerajaan Banten tetap berhasil mempertahankan diri.
Banten juga berhasil membuka diri untuk ikut dalam perdagangan bersama semua pihak yang menjadi simbol dari kekuatan besar. Sultan Ageng Tirtayasa juga membuka sawah baru, membuat sistem irigasi, dan menunjuk Syaikh Yusuf untuk menjadi Mufti atau pemimpin keagamaan di Banten. Sultan Ageng sangat tegas dan bersikap keras terhadap upaya apapun dari monopoli Belanda.
Pada akhirnya ketika Ageng Tirtayasa diturunkan, bersamaan dengan itu pula dimulai masa kemunduran kerajaan Banten. Ia digantikan Sultan Haji yang justru memberikan konsesi yang besar kepada Belanda/VOC, yaitu pemberian wilayah Lampung, hak monopoli lada, dan juga pembayaran biaya perang. Hal tersebut menjadi penyebab runtuhnya kerajaan Banten, sehingga Kerajaan Banten tidak lagi memiliki kekuasaan di bidang perdagangan, posisi sultan hanya sebagai simbol kerajaan saja. Keadaan seperti itu bertahan sampai tahun 1813, hingga akhirnya Pemerintah Kolonial Belanda menghapus secara resmi Kerajaan Banten.
B. Pendiri dan Raja Kerajaan Banten dari Masa ke Masa
Kerajaan Banten pertama kali didirikan Maulana Hasanudin. Ia merupakan putra dari Sultan Cirebon yaitu Syarif Hidayatullah. Sultan Cirebon pada mulanya memerintahkan putranya agar melanjutkan ekspedisi ke wilayah Demak hingga ujung barat Jawa. Nah di sana lah Maulana Hasanudin kemudian mendirikan pertahanan lalu mengelola wilayahnya. Lalu sekitar tahun 1524, Kerajaan Banten akhirnya dideklarasikan dan Maulana Hasanudin menjadi pemimpin pertamanya. Berikut silsilah kerajaan Banten atau daftar para raja Kerajaan Banten dari masa ke masa:
-
Maulana Hasanudin (1522-1570)
Yang pertama adalah Maulana Hasanudin, yang merupakan pendiri sekaligus menjadi sultan pertama kerajaan Banten. Ia adalah anak dari Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), Sultan ke-2 Kesultanan Cirebon.
Maulana Hasanudin memenulai dengan membangun keraton di wilayah Surosowan tahun 1522, pembangunan tersebut merupakan bentuk dari pengembangan wilayah Banten. Kemudian tahun 1524, ia bersama dengan para armada Cirebon dan juga Demak berhasil menaklukkan Portugis dan juga Pajajaran di Sunda Kelapa, kemudian dinamai Jayakarta. Pada dasarnya, Maulana Hasanudin berkuasa tepat setelah ayahnya kembali ke Cirebon di tahun 1526. Tetapi ketika sultan Syarif Hidayatullah kembali, sang ayah tidak pernah mendeklarasikan dirinya sebagai penguasa Banten. Maka dari itu penguasa pertama kerajaan jatuh kepada putranya Maulana Hasanudin. Ia berkuasa dari tahun 1522 sampai tahun 1570 Masehi.
-
Maulana Yusuf (1570-1585)
Berikutnya adalah Maulana Yusuf yang menjadi sultan kedua Banten. Maulana Yusuf adalah putra dari Maulana Hasanudin, ia naik tahta menggantikan sang ayah yang wafat tahun 1570. Di masa kekuasaannya, ia berhasil untuk menaklukkan Pakuan Pajajaran hingga ke pedalaman Sunda sekitar tahun 1579. Berbeda dengan ayahnya yang ingin mengekspansi wilayah Sumatera, Maulana Yusuf lebih memilih untuk fokus mengekspansi ke wilayah pedalaman Jawa.
-
Maulana Muhammad (1585-1596)
Maulana Muhammad, putra dari Maulana Yusuf yang menduduki tahta menggantikan ayahnya yang wafat tahun 1585. Ia naik tahta pada usia yang terbilang masih muda, sehingga di awal kekuasaannya, ia masih harus diwalikan terlebih dahulu sampai ia dewasa. Menurut catatan sejarah, Maulana Muhammad berusaha melanjutkan ekspansi kerajaan Banten ke wilayah Palembang, akan tetapi ekspansi tersebut gagal dan berujung pada tewas Maulana Muhammad di tahun 1596.
-
Abdul Mufakir (1596-1647)
Setelah Maulana Muhammad wafat, ia digantikan oleh putranya, Abdul Mufakir. Ia naik tahta ketika usianya masih empat bulan. Dan ia berkuasa menduduki tahtanya dalam waktu yang lama. Sultan Abdul Mufakir merupakan orang yang tegas, ia berani memulai konflik terhadap VOC demi menghindari praktik monopoli yang dianggap telah merugikan masyarakat. Pertempuran terbuka sempat terjadi pada sekitar tahun 1633 Masehi, namun akhirnya keduanya berdamai yang berujung pada batalnya blokade VOC terhadap Banten.
-
Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683)
Berikutnya adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Ia dianggap menjadi penguasa terbesar dan mampu membawa kerajaan Banten pada masa kejayaannya. Di masa pemerintahan Ageng Tirtayasa, Banten pernah menjalin hubungan perdagangan terbuka dengan Cirebon, Makassar, Bangka, hingga Indrapura. Bahkan Banten juga pernah membuka jalur perdagangan internasional dengan dengan Perancis, Inggris dan Turki. Hal tersebut berakibat pada terganggunya monopoli Belanda terhadap rempah-rempah yang ada di Banten.
Sultan Ageng Tirtayasa membuka sawah dan juga sistem irigasi sebagai bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Posisi Ageng Tirtayasa tersebut sangat merugikan Belanda. Ketika terjadi konflik antara Pangeran Purbaya dengan Sultan Haji, pihak Belanda akan mendapat hak monopoli jika mendukung Sultan Haji. Sehingga Belanda membantu dengan mengirimkan Kapten Tack untuk Sultan Haji. Akhirnya tahun 1683 Ageng Tirtayasa tertangkap dan masuk penjara di Batavia sampai ia wafat tahun 1691.
-
Sultan Haji (1683-1687)
Sultan Haji naik tahta menggantikan Ageng Tirtayasa, tidak terlepas dari intervensi dan bantuan VOC. Bantuan tersebut tentu dengan konsesi, antara lain adalah penyerahan wilayah Lampung kepada VOC, kerajaan Banten membayar kerugian peperangan, dan juga memberikan hak monopoli perdagangan lada ke VOC. Hal itu tercatat dalam perjanjian di tahun 1682. Sehingga sampai pada akhir kekuasaannya, Sultan Haji sama sekali tidak mempunyai kekuasaan apapun. Dan Banten kehilangan independensi dan masuk ke dalam kekuasaan Belanda. Belanda baru menghapus Kerajaan Banten pada tahun 1813, sehingga masih ada Sultan yang menjabat sampai dengan tahun tersebut, antara lain:
Abu Al-Ma’ali Ahmad (1647-1651), Sultan Muhammad Yahya (1687-1690), Sultan Muhammad Zainul Abidin (1690-1733), Sultan Muhammad Syifa Zainul Arifin (1733-1750), Sultan Syarifudin (1750-1752), Sultan Muhammad Wasi (1752-1753), Sultan Muhammad Arif Zainul Asyiqin (1753-1773), Sultan Aliyudin I (1773-1779), Sultan Muhammad Muhyiddin (1799-1801), Sultan Muhammad Ishaq (1801-1802), Sultan Aliyudin II (1803-1808), Sultan Maulana Muhammad (1808-1813)
C. Peninggalan Kerajaan Banten
- Keraton Surosowan
Keraton Surosowan merupakan komplek tempat tinggal yang pembangunannya di era Maulana Hasanudin sekitar tahun 1522. Komplek ini menjadi pusat pemerintahan kerajaan Banten sampai dengan waktu penghapusan oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
- Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten menjadi salah satu peninggalan yang utama Kerajaan. Bangunan Masjid ini berdiri pada tahun 1556 oleh Maulana Hasanudin. Adanya masjid Agung ini adalah untuk melengkapi keraton Surosowan yang sebelumnya lebih dulu terbangun. Masjid ini mempunyai Menara berupa pagoda yang cukup kental dengan budaya Cina.
- Benteng Speelwijk
Benteng ini adalah bentuk dari kekuasaan VOC terhadap Kerajaan Banten. Speelwijk didirikan tahun 1682, bersamaan dengan naik tahtanya Sultan Haji (Abu Nasr Abdul Kahhar). Benteng ini menjadi bukti kecil dari adanya konsesi dari Banten kepada Belanda/VOC.