Apakah Anda tahu tentang sejarah kota Jakarta? Kota Jakarta merupakan ibukota dari Republik Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di negara kita. Segala pusat ekonomi, bisnis, pendidikan bisa dibilang ada di kota ini. Dengan melihat informasi dari Wikipedia, luas Jakarta adalah 664,01 kilometer persegi. Untuk penghuni kota Jakarta sendiri mencapai lebih dari 10 juta orang. Namun jika kita menambahkan dengan penduduk Jabodetabek, maka penduduknya bisa mencapai angka 28 juta jiwa. Dengan kata lain, Jakarta atau Jabodetabek memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi jika harus membandingkan dengan provinsi lain.
Profil Jakarta
Pernahkah Anda mendapat pertanyaan dari teman atau relasi Anda yang merupakan orang asing tentang Jakarta provinsi apa? Jakarta memang berdekatan sekali dengan provinsi Jawa Barat. Namun, Jakarta tidak berada di bawah wewenang pemerintah Jawa Barat. Jakarta berada di provinsi DKI Jakarta. Dipimpin oleh seorang gubernur yang saat ini (2020) bernama Anies Baswedan.
Jakarta sudah lama menjadi tujuan bagi kaum pencari kerja. Banyak sekali orang yang datang ke kota itu setiap tahunnya untuk mengadu nasib. Mereka percaya jika kesempatan kerja dan kehidupan yang lebih baik bisa mereka dapatkan di sana. Melihat tingginya angka penduduk yang semakin bertambah pun akhirnya ini menjadi PR untuk pemerintah. Pemerintah harus menggalakkan ekonomi secara merata ke seluruh wilayah Indonesia.
Selain untuk mengadu nasib, Jakarta juga menjadi primadona karena lengkapnya sarana transportasi, institusi, dan lain sebagainya. Akibat dari menumpuknya jumlah penduduk yang terus bertambah, tentu ada konsekuensinya. Kemacetan yang parah kerap terlihat di berbagai ruas jalan di kota ini. Apalagi saat jam-jam berangkat dan pulang kantor. Terjebak macet berjam-jam sudah seperti makanan sehari-hari. Ditambah dengan tingkat polusi yang tinggi membuat Anda susah sekali melihat langit biru di Jakarta. Belum lagi masalah banjir yang sudah menjadi langganan setiap musim hujan.
Sejarah Jakarta Lengkap
Sebelum kita masuk ke pembahasan sejarah kota Jakarta singkat dan lengkap, Anda perlu tahu dulu tentang sejarah nama Jakarta. Berdasarkan informasi dari website resmi Jakarta tourism, nama Jakarta awalnya adalah Sunda Kelapa. Sunda Kelapa dulunya merupakan sebuah kota pelabuhan. Baru di tanggal 22 Juni 1527, Pangeran Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa dari tangan penjajah Portugis. Kemudian, Pangeran Fatahillah mengganti namanya menjadi Jayakarta yang diambil dari bahasa Sanskerta. Sejak peristiwa tersebut, setiap tanggal 22 Juni kita memperingati sebagai hari ulang tahun kota Jakarta.
Sejarah Kota Jakarta di Era Penjajahan
Sekitar tahun 1619, Belanda dengan VOC-nya berhasil merebut dan menghancurkan Jayakarta. Kemudian, pihak Belanda pun mendirikan sebuah kita baru yang mempunyai nama sebagai Batavia. Nama Batavia berasal dari kata Batavieren yang bermakna nenek moyang bagi bangsa Belanda. Kota Batavia berada di sebelah barat sungai Ciliwung. Pembangunan kota Batavia sendiri cukup memakan waktu yang lama. Pada tahun 1650, Belanda pun selesai membangun dan menata kota Batavia.
Kota Batavia kala itu dibuat persis seperti kota-kota yang ada di Belanda. Semua bangunannya dibanngun dan terbagi menjadi blok. Kemudian ada kanal, dan dinding benteng. Jika Anda ingin merasakan suasana kota Batavia yang klasik di masa modern saat ini, datanglah ke Kota Tua. Ada begitu banyak bekas peninggalan sejarah Kota Tua yang bisa Anda saksikan. Bahkan bentuk aslinya masih dipertahankan dengan baik.
Kota Batavia sendiri menjadi wilayah pemukiman eksklusif untuk bangsa Eropa saat masa penjajahan. Bangsa lain seperti pribumi, Cina, dan lainnya harus menyingkir ke tempat lain. Penyebabnya adalah posisi Batavia yang sangat strategis. Hingga VOC pun menjadikannya sebagai pusat perdagangan sekaligus pemerintahan. Saking terkenalnya Batavia, kota ini pun dulu mendapat julukan “Permata dari Timur”. Wilayahnya pun semakin luas saat VOC bubar dan kepemilikan jatuh ke Hindia Belanda. Wilayah Batavia berkembang hingga mencapai kepulauan Hindia Timur. Baru saat Jepang masuk dan menjajah Indonesia di tahun 1942, Batavia berpindah kekuasaan. Pihak Jepang tidak lagi menggunakan nama Batavia. Mereka menggantinya dengan nama Jakarta. Nama yang persis seperti sebelum Belanda datang untuk menjajah.
Jakarta setelah Era Kemerdekaan hingga Sekarang
Setelah Bung Karno mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Jakarta tidak lantas langsung menjadi ibukota. Jakarta sempat menjadi bagian dari provinsi Jawa Barat hingga tahun 1959. Setelah beberapa kali berganti status, baru di tahun 1961, Jakarta resmi menjadi provinsi dan ibukota Republik Indonesia. Sebagai provinsi baru maka seorang gubernur harus mengambil posisi sebagai pemimpin. Gubernur Jakarta pertama di saat itu bernama Sumarno.
Setelah Jakarta menyandang gelar sebagai ibukota, kota ini pun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hanya dalam waktu 5 tahun saja, jumlah penduduknya langsung bertambah dua kali lipat. Penyebabnya adalah pemerintahan yang saat itu membutuhkan banyak tenaga kerja. Oleh sebab itulah Jakarta menjadi destinasi bagi rakyat Indonesia sebagai kota untuk mencari nafkah.
Tidak hanya itu saja yang membuat Jakarta ramai. Saat pemerintahan Presiden Soekarno, sang ibukota pun juga mendapat banyak proyek pembangunan berskala besar. Sebutlah Masjid Istiqlal yang megah dan besar itu. Kemudian ada Stadion Gelora Bung Karno yang kerap menjadi tempat pertandingan sepak bola internasional. Lalu ada Monumen Nasional yang akhirnya menjadi ikon kota Jakarta. Ditambah dengan banyaknya pembangunan pemukiman elit yang semakin membuat banyak penduduk Indonesia ingin menetap di Jakarta.
Melihat tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terus melesat, membuat seorang gubernur sadar harus mengatasinya. Ialah Gubernur Ali Sadikin yang sempat “menutup” Jakarta dari para pendatang saat awal tahun 1970-an. Namun sayangnya, setelah pemerintahan gubernur Ali Sadikin berakhir, program “penutupan Jakarta” itu juga berakhir. Gubernur selanjutnya tidak bisa melanjutkan program tersebut dengan baik bahkan sampai sekarang. Maka dari itulah pemerintah tidak bisa lagi mencegah para pendatang.
Sebelum Anda Memutuskan Hijrah ke Jakarta….
Nah, seperti itulah sejarah kota Jakarta. Memang sudah sejak dari dulu kala kalau posisi ibukota memang strategis dan selalu menjadi destinasi hunian untuk menetap. Bahkan sampai sekarang pun demikian. Terutama untuk para lulusan baru. Mereka datang ke Jakarta karena kesempatan kerja dan berkarir lebih baik daripada di provinsi lainnya. Fasilitas umum yang lengkap dan memadai membuat kota ini sangat cocok untuk ditinggali.
Namun tentu saja Anda harus menghadapi konsekuensi seperti yang sudah dijelaskan di atas. Kemacetan yang parah, banjir, dan tingkat polusi yang menyesakkan akan Anda hadapi saat ke Jakarta. Sudah siapkah Anda dengan itu semua? Sebagai informasi, tingkat stress masyarakat Jakarta cukup tinggi. Bahkan tidak jarang kita sering mendengar bahwa para pekerja sering berangkat subuh dan pulang larut malam saat hari kerja. Apalagi dengan biaya hidup di sana yang tidak bisa kita sebut sebagai “murah”. Segala keputusan tetap ada di tangan Anda. Mencoba untuk merantau ke sana mungkin tidak ada salahnya. Lagipula, siapa yang tahu rezeki kita ternyata ada di ibukota?