Kerajaan Singasari menjadi salah satu kerajaan Hindu nusantara yang tumbuh di wilayah Jawa Timur. Kerajaan ini berdiri menggantikan kerajaan Kediri. Peristiwa tersebut terjadi ketika Ken Angrok atau Sri Ranggah Rajasa menyerbu Daha hingga mengalahkan Kertajaya. Kerajaan Singasari tumbuh sebagai imperium yang kuat, bahkan memperluas wilayah hingga Melayu, Tumasik dan Pahang.
Pengaruh kerajaan Singasari juga tersebar hingga ke Sulawesi Selatan dan wilayah Maluku, ekspansi tersebut bertujuan demi mengontrol perdagangan rempah yang berasal dari timur. Keberadaan Singasari yang populer, menyebabkan adanya ancaman dari dalam (keturunan penguasa Kadiri) dan dari luar (Mongol). Peninggalan kitab maupun arkeologis dari kerajaan singasari jauh lebih jelas dapat dibaca daripada periode-periode sebelumnya.
-
Letak dan Para Raja Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari berlokasi di Jawa Timur, dengan pusatnya di Kertajaya/Tumapel. Tumapel merupakan kerajaan milik Ken Angrok. Ia merupakan pendiri kerajaan dengan gelar penobatan Sri Ranggah Rajasa. Ken Angrok mendapatkan wilayah tersebut setelah mengalahkan Tunggul Ametung. Setelah menundukkan Kertajaya di Ganter, ia menjadikan Kediri sebagai wilayah dari Kerajaan Singasari. Ken Angrok kemudian memulai Wangsa Rajasa, dengan kekuasaan tidak hanya di Singasari tetapi hingga sampai akhir masa keemasan Majapahit.
Raja-raja Singasari dari masa ke masa
-
Ken Angrok (1222-1247)
Ken Angrok adalah pendiri Singasari sekaligus menjadi raja pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa. Beberapa sumber sejarah menyatakan ia mulanya merupakan rakyat biasa. Namun namanya dengan jelas tercatat dalam beberapa prasasti seperti Prasasti Maribong, Prasasti Balawi, Prasasti Mula Manurung, dan Prasasti Kusmala. Dalam Kitab Nagarakrtagama dan Pararaton juga mencatat namanya sebagai moyang dari raja Hayam Wuruk. Ken Angrok memiliki dua orang istri, Ken Dedes yang melahirkan Anusapati dan Mahisa Wonga Teleng dan Ken Umang yang melahirkan Panji Tohjaya. Nak-anak tersebut kelak akan menjadi sosok penting bagi sejarah Singasari dan Majapahit.
-
Anusapati (1247-1248)
Anusapati merupakan putra dari Ken Dedes ketika masih bersama Akuwu Tunggul Ametung, Ken Angrok menikahi Ken Dedes setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung. Nah, merasa dendam atas kematian ayahnya, Anusapati kemudian mengutus seorang pengalasan untuk membunuh Ken Angrok. Ia kemudian naik tahta pada tahun 1247, namun kekuasaannya tidak bertahan lama. Kabar mengenai pembunuhan Ken Angrok sampai kepada anaknya yang lain. Dan Panji Tohjaya tidak terima lalu membunuh Anusapati. Panji Tohjaya kemudian menjadi pemegang tahta. Anusapati dimakamkan di Kidal, peninggalan yang bisa kita lihat sekarang ini adalah Candi Kidal di Malang.
-
Tohjaya (1248)
Panji Tohjaya berkuasa untuk menggantikan Anusapati. Masa kekuasaannya pun terbilang sangat singkat, yaitu kurang dari satu tahun. Sebab terjadi konflik dan pemberontakan yang dari kalangan Rajasa dan Sinelir, mereka menyerbu istana. Dalam peristiwa itu Tohjaya terluka dan sempat melarikan diri ke wilayah Katanglumbang, akan tetapi ia tewas akibat luka tombak yang ia dapatkan. Nama Tohjaya tidak terdapat dalam kitab Nagarakrtagama. Salah satu yang menjadi alasan adalah pemberontakan Rajasa tersebut sehingga Tohjaya tidak dianggap sebagai leluhur dari Hayam Wuruk.
-
Wisnuwarddhana (1248-1268)
Sri Jaya Wisnuwarddhana adalah gelar dari Rangga Wuni setelah ia naik tahta menggantikan raja Tohjaya. Ia menjalankan pemerintahan bersama dengan Mahisa Campaka, yang merupakan cucu dari Ken Angrok dan Ken Dedes. Masa kekuasaan Wisnuwarddhana tergolong cukup lama kurang lebih dua puluh tahun, dan berjalan dengan damai. Wisnuwardhhana menjadi raja yang langsung mewariskan tahta kepada anaknya, Kertanagara. Informasi dan berita mengenai Wisnuwarddhana terdapat pada kitab Pararaton dan Nagarakrtagama juga pada prasasti tembaga di Kedu. Prasasti tersebut yang dikeluarkan oleh Kertanagara.
-
Kertanagara (1268-1292)
Raja Kertanegara adalah raja terakhir yang sekaligus menjadi raja terbesar dalam sejarah Singasari. Ia melakukan banyak perluasan cakrawala mandala Singasari hingga ke barat melalui Ekspedisi Pamalayu yang dilakukan pada tahun 1275 M. Ia juga menaklukkan Tumasik, Melayu, dan Pahang. Setelah itu ia melanjutkan dengan mengalahkan Bali di tahun 1284 M. Seluruh pulau Jawa ada di bawah kekuasaan kerajaan Singasari. Selainn itu, Kertanagara juga pernah menjalin ikatan dengan Kerajaan Champa.
Melihat besar dan berjayanya kekuasaan Singasari, sampai membuat Kaisar Mongol yang juga tengah mencapai masa kejayaannya tertarik. Kemudian ia mengirim perwakilan dengan tujuan untuk meminta Kertanagara tunduk kepada Mongol. Kertanagara menolak, ia memulangkan utusan tersebut dalam keadaan cacat, hal itu akhirnya menyebabkan invasi Mongol ke pulau Jawa. Akan tetapi sebelum pasukan Mongol tiba, Kertanagara telah mendapat penyerbuan dari raja Kadiri, Jayakatwang. Peristiwa tersebut terjadi ketika Kertanagara hendak memperluas pengaruhnya demi menyaingi pengaruh Dinasti Yuan. Jayakatwang dari Kediri adalah keturunan Kertajaya, ia masih menyimpan dendam terhadap Rajasa, sehingga ia ingin menegakkan kembali Kadiri dengan menghancurkan Singasari.
-
Kehidupan Masyarakat
-
Kehidupan Politik
Kerajaan Singasari dalam perjalanannya penuh dengan konflik perebutan kekuasaan. Dimulai sejak Ken Angrok membunuh Kertajaya, sang raja Kediri di Ganter. Pergantian atau pemindahan kekuasaannya pun tidak dilakukan dengan damai. Hingga ketika Wisnuwarddhana yang menggantikan Tohjaya, ia menurunkan tahta kepada anaknya, Kertanagara. Di bawah kepemimpinan raja Kertanagara, kekuasaan politik Singasari tersebar luas hingga ke Semenanjung Malaya, Sumatera timur, seluruh Jawa, Kalimantan Sulawesi Selatan, Bali, bahkan ke kerajaan-kerajaan Asia Tenggara. Ambisi politik Kertanegara sangat besar. Meski begitu, ia juga sangat menghormati leluhurnya yang berasal dari Wangsa Rajasa. Kerajaan Singasari, seperti halnya Kadiri, juga memiliki hubungan saling tarik ulur dengan raja daerah.
-
Kehidupan Ekonomi
Dari segi ekonomi, tidak banyak literatur yang menjelaskan seperti apa interaksi masyarakat Singasari dalam perekonomiannya. Akan tetapi dilihat dari lokasi ibukota kerajaan, lokasinya berada di wilayah pedalaman, mempengaruhi juha pusat pemukiman yang ikut pindah ke dalam. Wilayah pusatnya jauh dari aliran sungai Brantas, sangat berbeda dengan pusat kerajaan lain seperti Kadiri dan Majapahit.
Lokasi wilayah yang demikian, tak lantas membatasi aktivitas melalui laut. Salah satunya adalah penjelajahan yang tetap berlangsung melalui jalur laut. Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan aktivitas perdagangan laut meskipun jauh dengan pusat ibukota. Apalagi sebagian besar masyarakat pedalaman aktivitasnya adalah bertani atau beternak. Singasari juga selain dengan sistem barter, menggunakan koin emas dan perak selain dalam beberapa kegiatan perekonomiannya.
-
Kehidupan Sosial
Masyarakat kerajaan Singasari, menganut agama Hindu dan Buddha secara sinkretis, khususnya yang memiliki golongan tertinggi. Sebagai contoh di Pasuruan ada yang menganut agama Siwa-Buddha, lalu di Kertanegara terdapat penganut Buddha Tantrayana, meski banyak leluhurnya yang menganut agama Hindu. Kehidupan beragama lebih longgar daripada masa kerajaan-kerajaan sebelumnya yang cenderung kaku bagi urusan keagamaan. Raja-raja Singasari beberapa kali juga memberikan pemberkatan pada wilayah tertentu sebagai hadiah atas kesetiaannya. Antara lain adalah wilayah Kedu dan Jipang yang mendapatkan anugerah dari Wisnuwarddhana.
-
Runtuhnya Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari sampai pada masa kejatuhan ketika mendapat serangan dari Jayakatwang, ia merupakan penguasa Gelang-Gelang sekaligus keturunan raja Kadiri Kertajaya. Di tahun 1292, saat Kertanagara sedang sibuk untuk memperluas pengaruhnya ke luar, kondisi dalam negeri justru melemah, sehingga kondisi tersebut dimanfaatkan oleh Jayakatwang untuk menyerbu Singasari dan membunuh Kertanagara. Kemudian Jayakatwang mengambil alih posisi sebagai penguasa Kadiri menggantikan Kertajaya sekaligis mengakhiri kekuasaan Singasari.
-
Peninggalan Kerajaan Singasari
Ada banyak peninggalan Kerajaan Singasari yang bisa kita nikmati hingga saat ini, dan sebagian besar peninggalan-peninggalan tersebut berupa bangunan candi. Candi-candi tersebut berfungsi sebagai tempat ritual agama sekaligus tempat pendharmaan tokoh penting kerajaan. Beberapa peninggalan tersebut antara lain:
- Candi Jawi
Lokasinya berada di wilayah Pandaan-Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Candi ini dibangun Kertanegara untuk menandai kekuasaannya di wilayah Pasuruan, pada saat itu banyak dihuni oleh penganut Siwa-Buddha, sedangkan Kertanagara penganut Buddha Tantrayana. Nah candi Jawi menjadi tempat pendharmaan sebagian dari abu jenazah Kertanegara, sebagian lain berada di Candi Singosari.
- Candi Singosari
Berada di daerah Singosari, Malang, Jawa Timur. Pembangunannya diperkirakan pada tahun 1300 M sebagai bentuk penghormatan untuk memperingati raja Kertanagara yang ketika itu wafat akibat mendapat serangan dari Jayakatwang tahun 1292 Masehi. Candi ini dikunjungi oleh Hayam Wuruk untuk memperingati leluhurnya Wangsa Rajasa.
- Candi Kidal
Berlokasi di kota Malang, Jawa Timur, dibangun pada 1249 masehi ini merupakan tempat pendharmaan Anusapati yang tewas terbunuh Panji Tohjaya ketika konflik perebutan kekuasaan.
- Candi Jago
Yang terakhir adalah Candi Jago, lokasinya berada di Malang. Candi ini dibangun tahun 1268 M berdasarkan perintah dari raja Kertanagara sebagai bentuk peringatan terhadap ayahnya, Wisnuwarddhana.
Demikian sejarah singkat kerajaan Singosari beserta kehidupan masyarakatnya, semoga bermanfaat dalam menambah wawasan sejarah sahabat Apil sekalian.