Kerajaan Banjar ialah sebuah Kerajaan Islam pertama yang terletak di kalimantan Selatan, tepatnya Banjarmasin. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1526 sebelum masehi. Dalam perjalanannya Kerajaan banjar sering berpindah tempat bahkan sampai ke Martapura. Dalam kehidupan masyarakat Banjar ada susunan dan peranan sosial yang berbentuk piramid. Mulai dari teratas yaitu golongan penguasa yang terdiri dari bangsawan dan keluarga Raja. Untuk lapisan tengah terdiri dari pemuka agama yang berfungsi untuk mengatur hukum keagamaan dalam Kerajaan. Selanjutnya untuk golongan mayoritas terdiri dari para petani, pedagang dan nelayan. Perekonomian Kalimantan memang sangat pesat, mulai abad 16 sampai 17 dan menjadi kota dagang yang makmur. Untuk suku di Banjar ada 3, yaitu Banjar Muara, Banjar Barang Banyu, dan Banjar Barang Hulu. Banjar berawal dari budaya Manyan, budaya bukit, dan budaya melayu menjadi intinya. Selanjutnya mari kita simak bersama tentang beberapa sejarah dan berbagai bukti peninggalannya.
1. Sejarah Kerajaan
Sejarah Singkat Kerajaan Banjar Islam yang Berawal dari abad ke-15 ketika Kalimantan Selatan diduduki oleh Kesultanan Daha. Raja Kerajaan banjar pada saat itu ialah Raja Sukarama, ketika itu beliau berwasiat untuk mewariskan tahtanya. Mendengar berita tersebut Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung saling berebut tahta. Pertikaian antar saudara tersebutlah penyebab kemunduran Kerajaan Banjar. Raja Sukarama hanya mewariskan tahta untuk cucunya, ia bernama Raden Samudera. Sang cucu merupakan keturunan dari putri Galuh Intan Sari. Raden Samudera merupakan putra dari Raden Manteri Jaya. Kakek Raden Samudera ialah Raden Begawan yang masih saudara Maharaja Sukarama.
Raden Tumenggung sangat ingin menduduki tahta, dan menggunakan segala cara untuk menyingkirkan Raden Samudera. Akibat kehidupan politik Kerajaan Banjar, beliau memilih menjadi nelayan dan meninggalkan istana. Beliau mencari ikan di sekitar Pantai Serapat, Kuin Belandian, dan Banjar. Waktu berjalan begitu cepat, sampailah ketika Raden Samudera bertemu Patih Masih. Beliau ialah tokoh dari daerah Bandar yang sudah masuk islam. Para Patih mengadakan pertemuan dan menghasilkan sebuah pendapat, yang isinya akan mengangkat Raden Samudera menjadi Raja. Mendengar berita tersebut Raden Tumenggung murka, terjadilah perang besar kedua saudara. Raden Tumenggung mengerahkan pasuka perangnya menuju sungai Barito dan ujung Pulau Lalak.
Raden Samudera merasa bahwa pasukannya masih kurang persiapan, akhirnya beliau meminta bantuan ke Raja Demak. Sultan Trenggana merupakan Raja Demak yang adil dan cerdik. Beliau bersedia membantu asalkan Masyarakat mau untuk memeluk agam islam. Raja terakhir kerajaan Banjar adalah Sultan Adam, beliau memerintah dari tahun 1825 sampai 1857. Raja Adam ialah putra dari Sultan Sulaiman Saidullah ll, beliau dimakamkan di kota Martapura Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
2. Masa Kejayaan Kerajaan
Kejayaan kerajaan Banjar yaitu ketika abad ke-17, berawal dari perang Makassar yang membuat para pedagang dari somba opu, Kesultanan Gowa pindah ke Banjarmasin. Perpindahan mereka membuat perdagangan semakin maju dan berkembang. Perdangan yang mereka kembangan yaitu kulit binatang, intan, damar, madu, rotan, emas dan lada hitam. Ketika abad ke-17 ini Kerajaan Banjar tidak lagi membayar upeti kepada Kesultanan Demak, bahkan wilayah kesultanan Banjar semakin meluas.
Sultan dalam Kerajaan merupakan penguasa yang tertinggi dan mempunyai kekuasaan dalam agama maupun politik. Sultan pada masa itu ialah Sultan Muta, beliau sebenarnya merupakan pembantu Sultan, yang pada saat itu dinamakan Mangkubumi. Dalam pemerintahannya, Mangkubumi dididampingi menteri panganan, menteri pangiwa, dan menteri bumi. Masing-masing menteri dibantu oleh 40 orang, yang setiap sikap mempunyai bawahan 100 orang. Dalam lingkungan kraton juga terdapat banyak pegawai dan petugas. Antara lain ialah
Lima puluh orang Sarawisa di bawah pimpinan Sarabraja bertugas menjaga kraton, dan Lima puluh orang Mandung dibawah Raksayuda bertugas menjaga istana bangsal. Empat puluh orang Menagarsari dibawah Sarayuda bertugas mengawal raja,dan Empat puluh orang Singabana atau Parawila dibawah Singataka dan Singapati bertugas sebagai polisi. Empat puluh orang Sarageni di bawah Saradipa bertugas menjaga alat senjata, dan Empat puluh orang Tuha Buru di bawah Puspawana bertugas mengawal raja bila sedang berburu. Lima puluh orang Pangadapan atau Pamarakan dibawah Rasawija melakukan ber aneka ragam tugas di istana.
3. Peninggalan Kerajaan
Peninggalan Kerajaan Banjar cukup banyak, seperti senjata kerajaan, perkakas, kitab sabilal muhtadin, masjid al-karomah, masjid Sultan Suriansyah, dan Candi Agung. Pertama dari senjata dan perkakas kerajaan, memang Kerajaan Banjar sudah terkenal dengan kerajaan dagangnya, banyak barang-barang yang terbuat dari logam dan besi. tidak hanya perkakas tetapi juga untuk senjata Kerajaan Banjar sudah cukup terkenal di nusantara.
Kedua membahas tentang Kitab Sabilal Muhtadin, sebuah kitab kuno yang ditulis oleh Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang isinya merupakan pembelajaran fiqh berdasarkan mazhab imam Syafi,i. Kitab ini merupakan penginggalan Kerajaan Banjar yang masih bisa masyarakat saksikan sekarang. Tertulis pada tahun 1779 masehi pada zaman pemerintahan Sultan Tamjidullah. Kitab sabilal Muhtadin merupakan jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan agama.
Ketiga tentang Masjid Al-karomah, yang merupakan peninggalan Kerajaan Banjar dan berdiri pada tahun 1863 masehi. Pada dahulu kala masjid ini terkenal dengan nama Jami Martapura. Memang masjid jami mengalami beberapa renovasi, tetapi struktur utama masjid tetap terlihat original. Masjid ini berfungsi sebagai tempat beribadah, penyebaran agama islam, dan sebagai benteng pertahanan untuk melawan Belanda.
Keempat masih tentang masjid, yaitu masjid Sultan Suriansyah, yaitu sebuah masjid yang berdiri pada tahun 1526 sampai 1550 pada masa pemerintahan sang Sultan Suriansyah. Tergolong sebagai masjid tertua di daerah Kalimantan Selatan. Dahulu lebih sering terkenal dengan sebutan masjid kuin yang terletak pada kota Banjarmasin.
kelima, yaitu tentang peninggalan yang sangat bersejarah, ialah Candi Agung. Merupakan sejarah peninggalan hindu budha yang berusia 740 tahun. Candi Agung berukuran 40×50 meter, banyak menarik perhatian para pakar sejarah dan arkeolog. Sumber sejarah kerajaan Banjar masih banyak lagi, ada juga beberapa makam dari Sultan Suriansyah, Sultan Sulaiman, dan Sultan Mustakimbillah.
4. Runtuhnya Kerajaan Banjar
Kesultanan Banjar sebelumnya merupakan daerah yang sangat makmur, karena banyak daerah dari Kalimantan yang memberikan upeti rutin. Kesultanan ini semakin kuat ketika banyak menaklukan banyak daerah sekitar Boreno, diantaranya Sambas, Lawai, Kota Waringin, Pembuang, Sampit, Mandawai, Kahayan Hulu, Kahayan Hilir, Pulau Laut, Kutai, Pasir, Asam Asam, Kintap, Satui, sanpai Swarangan.
Pernah terjadi Kesultanan Mataram Mengancam Kesultanan Banjar, yang dibawah pimpinan Sultan Agung. Hubungan dua Kerajaan ini sempat memanas dan akhirnya melakukan perjanjian damai pada tahun 1637. Keruntuhan Kerajaan berawal dari perlawanan terhadap Belanda, pada waktu itu pemimpinnya ialah Sultan Mohammad Seman. Beliau memerangi Belanda pada tahun 1862 sampai 1905, dan beliau berhasil dikalahkan oleh Belanda.
Sekian untuk sejarah dari Kerajaan Banjar, semoga bermanfaat.