Budaya – Halo sahabat Apik, kembali lagi dengan artikel yang membahas mengenai kebudayaan daerah di Nusantara. Pada kesempatan kali ini kabarApik akan membahas mengenai Budaya Yogyakarta.
Selain sebagai Kota Pelajar, Yogyakarta juga terkenal menjadi Kota Budaya. Sampai saat ini Jogja masih menjaga dan melestarikan budayanya. Berikut ulasan lengkap mengenai Budaya Yogyakarta yang mungkin perlu kamu tahu, yuk langsung kita bahas:
-
Kuliner Tradisional
Pertama adalah kuliner Tradisional. Yogyakarta memiliki begitu banyak pilihan kuliner. Selain bisa menikmati beragam tempat wisata yang menarik dan mempesona, para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta juga dimanjakan dengan kuliner tradisionalnya yang nikmat. Nah diantara banyaknya kuliner khas tersebut, berikut beberapa yang paling populer:
-
Gudeg
Kuliner yang satu ini sudah tidak asing lagi. Begitu mendengar kata gudeg, Yogyakarta adalah hal yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita. Gudeg adalah kuliner yang terbuat dari olahan gori atau nangka muda yang direbus dengan gula aren serta beberapa bumbu lainnya selama beberapa jam.
Gudeg merupakan makanan khas jogja yang cukup banyak menarik minat wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Bentuk dan cita rasanya yang unik membuat gudeg menjadi kuliner wajib ketika berkunjung ke Yogyakarta. Ada tiga jenis gudeg yang bisa kita temui, yaitu Gudeg Basah, Gudeg kering dan Gudeg Manggar.
-
Bakpia
Yang berikut ini merupakan oleh-oleh paling populer bagi wisatawan di Jogja. Saking populernya, kalian bisa dengan mudah menemukan bakpia di setiap sudut Jogja. Bakpia adalah kuliner Jogja yang bahan utama tepung terigu dan kacang hijau.
Sedikit informasi, bakpia mulai populer di tahun 1980an. Banyak masyarakat memproduksi bakpia khususnya di daerah Pathuk. Sentra bakpia Pathuk cukup populer dan menjadi buruan wisatawan yang mencari oleh-oleh khas Jogja.
Yang berikutnya adalah Nasi Tiwul. Kuliner khas daerah Gunung Kidul ini adalah makanan khas Jogja yang berasal dari olahan tepung gaplek atau singkong yang sebelumnya telah dikeringkan.
Nasi Tiwul di masa lalu menjadi makanan pokok dari masyarakat Gunung Kidul. Tetapi kini Nasi Tiwul telah menjadi salah satu ikon kuliner Yogyakarta yang juga digandrungi para wisatawan.
-
Pakaian Adat
Setiap daerah di Indonesia selalu memiliki pakaian adat tradisionalnya masing-masing, begitu pula dengan daerah Yogyakarta. Nah berikut beberapa pakaian tradisional Yogyakarta yang umum kita temui:
-
Surjan
Surjan merupakan pakaian atasan untuk laki-laki. Pakaian ini berkerah tegak dan juga berlengan panjang. Yang paling populer dan sering kita temui adalah surjan dengan motif lurik atau garis-garis.
Sementara jenis surjan lain adalah surjan ontrokusuma yang memiliki motif bunga/ kusuma. Biasanya surjan yang satu ini dipakai oleh para bangsawan.
-
Kebaya
Kebaya adalah pakaian atasan untuk perempuan. Pakaian yang satu ini sebenarnya juga ada di daerah-daerah lainnya. Tetapi tiap daerah memiliki perbedaan, termasuk kebaya Yogyakarta. Yang paling mencolok yaitu adanya pita emas yang mengelilingi bagian leher, lengan, hingga bagian bawah badan. Corak tersebut membuat pemakainya terlihat lebih anggun.
-
Jarit/Jarik
Sama halnya seperti kebaya, jarik juga umum di daerah Jawa lainnya. Tapi kembali lagi, yang membedakannya adalah motif dari jarik tersebut. Jarit Yogyakarta, pada bagian wiru memiliki warna putih atau yang tidak dibatik. Sementara jarik di daerah lain, seluruh bagian kainnya dibatik.
-
Busana abdi dalem estri
Ada beberapa pakaian untuk abdi dalem estri (perempuan). Salah satunya adalah semekan atau ubet-ubet yang menjadi pakaian harian abdi dalem.
Dalam acara tertentu, mereka mengenakan tambahan janggan hitam untuk menutup semekan. Bentuknya seperti surjan dengan kancing sampai leher. Untuk bawahannya menggunakan sinjang/nyamping/bebed.
-
Busana abdi dalem jaler
Bagi abdi dalem jaler (laki-laki), pakaian atasan disebut pranakan dengan enam kancing di bagian leher depan yang melambangkan 6 rukun iman dan lima kancing pada tiap ujung lengan yang melambangkan 5 rukun Islam.
Kemudian udheng/dhestar/blangkon sebagai penutup kepala dengan mondolan ciri khas udheng Yogyakarta. Untuk bawahannya juga mengenakan jarit sama seperti abdi dalem estri.
-
Upacara Tradisional
Provinsi Yogyakarta memiliki beragam upacara adat atau perayaan tradisional. Nah diantara banyaknya upacara tradisional yang dimiliki Yogyakarta, berikut beberapa perayaan adat yang cukup populer:
-
Grebeg Maulud dan Sekaten
Yang pertama adalah Grebeg Maulud dan Sekaten. Terutama perayaan sekaten, perayaannya sudah sangat populer bagi para perantau yang berada di Jogja.
Kata “grebeg” sendiri berasal dari peristiwa Sultan ketika keluar istana dalam rangka memberikan gunungan kepada rakyatnya. Nama tersebut karena peristiwa ini ibarat bunyi hembusan angin yang keras, sehingga menghasilkan suara “grebeg“.
Grebeg Maulud terselenggara setiap 12 Rabiul Awal bersamaan dengan hari raya Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara ini ditandai dengan Kirab gunungan yang diarak dari Istana Kemandungan menuju Masjid Gedhe Kauman. Gunungan terbuat dari beras ketan, sayur, lauk, serta buah-buahan.
Sedangkan Sekaten sendiri merupakan rangkaian upacara Gerebek Maulud. Sekaten merupakan bentuk penghormatan terhadap hari lahirnya Rasulullah SAW yang ada mulai 5 hingga 11 Rabiul Awal.
Dalam perayaan ini abdi dalem berkumpul di alun-alun Jogja dan juga Solo untuk mengarak tumpeng beserta satu set gamelan Kyai Gunturmadu dan Kyai Nogowilongo. Selain itu Sultan juga hadir di Masjid Gedhe Kauman dan melakukan udhik-udhik yaitu menyebarkan uang receh. Kemudian ada pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang disusul dengan penyematan bunga cempaka pada daun telinga kanan Sri Sultan.
-
Labuhan Parangkusumo
Upacara merupakan rangkaian dari tradisi Hajad Dalem Tingalan Jumenengan atau acara adat penobatan tahta Sultan Jogja. Labuhan Parangkusumo menjadi upacara puncak sebagai bentuk meminta keselamatan serta kesejahteraan pada Tuhan.
Perayaannya di empat tempat berbeda. Temoat pertama di Pantai Parangkusumo, lokasi melarung berbagai sesaji ke laut. Sebab pantai ini dipercaya merupakan tempat Panembahan Senopati bertapa hingga bertemu dengan Nyai Roro Kidul.
Lokasi kedua adalah Gunung Merapi. Sebab gunung ini dipercaya ikut membantu Kerajaan Mataram ketika berkonflik dengan Kerajaan Pajang pada tahun 1586. Ketika itu, gunung merapi meletus hingga menghancurkan base camp pasukan Pajang. Sehingga membuat mereka mundur dari wilayah Mataram.
Selanjutnya adalah Gunung Lawu. Sebab di gunung tersebut terdapat petilasan dari raja kelima Majapahit dan juga merupakan bentuk sebuah penghormatan pada Raja Brawijaya V yang pernah membantu Kerajaan Mataram. Lokasi yang terakhir adalah Dlepih Kayangan di Wonogiri. Sebab tempat ini merupakan lokasi para Raja Mataram untuk bertapa dan juga memanjatkan doa kepada Tuhan.
-
Siraman Pusaka
Setiap kerajaan tentunya memiliki benda pusaka, begitu pula dengan Keraton Jogja. Di setiap tahunnya, keraton Jogja melakukan upacara Siraman Pusaka yang bertujuan untuk merawat benda pusakanya. Upacara ini pelaksanaannya setiap bulan Sura, pada Selasa atau Jumat Kliwon selama dua hari yang sifatnya tertutup.
Benda pusaka milik Keraton Jogja yang ada dalam upacara tersebut yaitu Keris KK Ageng Sengkelat, Tombak KK Ageng Plered, Kereta Kuda Nyai Jimat. Semuanya yang membersihkan langsung adalah oleh pangeran, wayah dalem, serta bupati. Selain itu, pusaka tersebut juga perlakuannya harus secara istimewa karena bersifat sakral dan memiliki kekuatan supranatural.
Demikian artikel singkat mengenai budaya Yogyakarta ini. Semoga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan sahabat Apik sekalian.