Budaya – Provinsi Sulawesi Utara tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, melainkan jugal seni dan kebudayaannya. Nah sahabat Apik, pada kesempatan kali ini kabarApik akan mengulas mengenai budaya Sulawesi Utara.
Masyarakat Sulawesi Utara secara umum terdiri dari beberapa suku besar yaitu, Suku Sangihe dan talaud, Suku Minahasa serta Suku Bolaang Mongondow. Ketiga etnis besar ini kemudian mempunyai bagian suku dengan bahasa dan juga tradisi yang cukup berbeda-beda.
Masyarakat Sulawesi Utara memiliki semboyan “torang samua basudara” yang memiliki arti kita semua bersaudara, hidup rukun dan berdampingan meski dalam perbedaan.
-
Rumah Tradisional Sulawesi Utara
Provinsi Sulawesi Utara tidak hanya memiliki satu melainkan beberapa jenis rumah adat. Hal tersebut karena di provinsi ini terdapat beberapa suku. Berikut beberapa diantaranya:
- Rumah Adat Bolaang Mongondow
Nama rumah adat ini berasal dari salah satu daerah yang kaya akan adat serta budayanya. Rumah ini mempunyai beberapa ruangan mulai dari ruang induk, ruang tidur hingga dapur. Pada ruang induk terdapat beberapa ruangan seperti ruang depan dan ruang makan. Ciri khas rumah ini adalah bagian atapnya yang bentuknya melintang dengan bubungan yang curam.
- Rumah Adat Walewangko atau Pewaris
Dulunya Rumah adat ini hanya dihuni oleh para pemimpin saja. Namun sekarang ini masyarakat biasa bisa untuk menghuni rumah adat ini. Rumah ini bentuknya yaitu rumah panggung dengan ciri khas balok kayu, dan juga dilengkapi dengan 2 buah tangga yang berada di bagian depan rumah.
-
Pakaian Tradisional Sulawesi Utara
- Pakaian adat Bolaang Mangondow
Bolaang Mangondow merupakan suku di Sulawesi Utara yang pernah memiliki kerajaan. Suku ini memiliki kebudayaan yang maju di masanya dan kini menjadi warisan budaya. Pakaian keseharian masyarakat suku ini adalah kulit kayu dan pelepah nanas yang diambil seratnya. Serat atau yang mereka sebut dengan nama “lanut” kemudian ditenun menjadi kain, barulah dijahit menjadi busana sehari-hari.
- Laku Tepu, Pakaian adat Sangihe dan Talaud
Berikutnya merupakan pakaian adat suku sangihe dan talaud yang terbuat dari serat kofo yaitu sejenis tanaman pisang. Kemudian serat ini dipintal, ditenun dan dijahit menjadi pakaian. Pakaian ini pada umumnya dipakai dalam upacara tulude.
Laku tepu berupa baju lengan panjang sampai tumit yang memiliki warna dasar yang cerah seperti kuning, hijau, merah, dll. Pemakaiannya dipadukan dengan perlengkapan seperti Popehe (ikat pinggang), Paporong (penutup kepala), Bandang (selendang di bahu) dan Kahiwu (rok rumbai).
- Pakaian adat Kohongian
Pakaian adat yang berikut ini bersifat eksklusif atau terbatas hanya beberapa golongan masyarakat yang mengenakannya. Sebab pakaian adat ini adalah pakaian bagi para bangsawan ketika upacara adat pernikahan. Tapi itu dulu, sekarang pemakaian pakaian adat ini tidak lagi memandang pembagian kasta tersebut, semua masyarakat bisa mengenakannya. Bahkan sekarang pakaian adat ini telah menjadi objek wisata.
-
Kesenian Tradisional Sulawesi Utara
Berikut ini merupakan beberapa kesenian yang terdapat di provinsi Sulawesi Utara. Kesenian di Sulawesi Utara dibagi menjadi beberapa kesenian, ada seni tari dan ada seni musik. Mari kita bahas satu per satu.
-
Seni Tari
Sulawesi Utara memiliki banyak variasi tarian tradisional berikut adalah beberapa di antaranya:
- Tari Tempurung, Biasanya tarian ini oleh pasangan pria dan wanita. Ketika pementasannya, terdapat banyak dekorasi yang terbuat dari tempurung kelapa.
- Tari Katrili, merupakan adaptasi dari kebudayaan bangsa Spanyol, berupa tarian yang ketika mengekspresikan sebuah kesenangan dengan tarian
- Tari Kabasaran, merupakan tarian untuk perang atau berfungsi untuk mengawal tokoh adat penting di Minahasa. Tarian ini sebagian besar dibawakan oleh laki-laki, lengkap dengan senjata seperti pedang atau tombak.
- Tari Tatengesan, tarian yang terinspirasi dari cerita rakyat desa Tatengesan.
- Tari Mane’e, tarian tradisional yang dari daerah Talaud. Tarian ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Talaud ketika menangkap ikan.
- Tari Gunde, pada awalnya merupakan kegiatan ritual keagamaan. Namun seiring berjalan waktu, kini tarian ini menjadi tarian istana sekaligus menjadi tari tradisional Sangihe Talaud.
-
Seni Musik
-
- Musik Kolintang
Awal pembuatannya dari bahan yang wunut yaitu jenis kayu yang disebut belar. Kemudian seiring perkembangan, pembuatan alat ini mulai menggunakan kayu telor dan cempaka. Pertunjukan musik dengan alat ini ini tidak hanya sebagai sarana hiburan, namun sering kali menjadi media pendidikan musik di sekola-sekolah, khususnya daerah manado.
-
- Musik Tiup Bambu
Alat Musik ini pada awalnya hanya alat penghibur masyarakat petani selepas melakukan kegiatan bertani. Namun sekaran alat musik bambu ini telah sering ada dalam acara-acara tertentu yang menjadikannya menjadi lebih meriah dan bergengsi. Musik tradisional ini tercipta oleh seorang petani yang berasal dari kepulauan Sangihe Talaud sekitar tahun 1700.
-
- Musik Bia
Sekitar tahun 1941 ada seorang penduduk Desa Batu Minahasa Utara yang menjadikan kerang sebagai satu tumpukan musik. Kini musik bia menjadi salah satu seni musik tradisional yang memiliki nilai tambah bagi masyarakat Manado di Sulawesi Utara.
-
Senjata Tradisional
- Pedang Bara Sangihe
Senjata tradisional ini sudah cukup terkenal sebab dulunya pedang ini pernah menjadi senjata Hengkang U Nang yang merupakan salah seorang pahlawan Sulawesi Utara. Sejak kecil beliau sudah terkenal dengan keahliannya bergulat dan juga menggunakan pedang bara ini.
Pedang Bara Sangihe bentuknya cukup unik karena memiliki gagang yang bercabang dua. Tidak hanya itu, pada bagian ujung pedang ini juga memiliki dua cabang. Senjata ini menjadi salah senjata tradisional yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sulawesi Utara sekaligus juga menjadi kekayaan bagi kebudayaan Indonesia.
-
- Peda Atau Parang dan Perisai
Senjata ini ukurannya cukup pendek sekitar 45-50cm dan terbuat dari bahan utama besi. Gagangnya terbuat dari kayu keras dan pada bagian ujungnya bercabang dua seperti pedang bara. Kemudian perisai adalah senjata tradisional yang berfungsi untuk menahan serangan. Terbuat dari bahan dasar kayu yang berukiran dengan motif binatang atau dedaunan.
-
Upacara Adat Sulawesi Utara
Upacara adat Sulawesi Utara secara umum masih erat kaitannya dengan agama dan kepercayaan masyarakatnya. Beberapa upacara berhubungan dengan daur hidup dan sebagian lainnya berhubungan dengan kehidupan sosial dan lingkungan. Berikut beberapa acara adat yang eksis hingga sekarang:
- Upacara Pernikahan Adat Minahasa
Dalam upacara pernikahan terdapat Ritual Bacoho atau Mencuci Rambut. Ritual ini menggunakan bahan-bahan ramuan tradisional. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke sehelai kain yang kemudian dicelup dalam air hangat. Kain tersebut diremas untuk airnya ditampung dengan tangan, kemudian digosokkan ke rambut calon pengantin.
Lalu ada pula Ritual Lumele’ atau Mandi Adat. Pengantin diguyur menggunakan air yang sebelumnya sudah diberi bunga warna putih sebanyak sembilan kali. Air tersebut diguyurkan dari leher ke bawah. Manun secara simbolis bisa hanya dengan membasuh muka oleh pengantin itu sendiri
- Tulude
Menulude tulude merupakan upacara adat suku Sangihe. Upacara ini ada setiap akhir bulan Januari atau pada tanggal 31 Januari. Tanggal tersebut merupakan Hari Ulang Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe. Upacara ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan serta memohon berkat dan juga pengampunan dosa dalam memulai hidup pada tahun baru.
- Manabba
Merupakan upacara kebiasaan masyarakat dalam berburu babi hutan dan juga sapi hutan. Kegiatan ini biasanya penyelenggaraannya secara beramai-ramai oleh orang dewasa maupun anak-anak selama sehari penuh.
- Monondeaga
Yang terakhir adalah upacara adat dari daerah Bolaang Mongondow. Upacara ini terselenggara ketika anak gadis memasuki masa puber yang tertandai dengan haid pertama. Daun telinganya dilubangi untuk dipasangkan anting, kemudian giginya diratakan sebagai tanda kedewasaan gadis tersebut.
Nah sahabat Apik, demikianlah ulasan singkat mengenai Budaya Sulawesi Utara. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan mengenai kebudayaan Nusantara.