Kerajaan Tidore ialah kerajaan islam yang menguasai sebagian besar pulau Halmahera Selatan. Pada awalnya Maluku memiliki 4 kerajaan besar yaitu Kerajaan Ternate, Tidore, Makian, dan Kerajaan Moki. Kerajaan Tidore didirikan oleh Sultan Muhammad Naqil pada tahun 1081. Raja dari Ternate dan Raja Kerajaan Tidore ialah saudara kandung. Kesultanan Tidore merupakan daerah yang makmur dan kaya akan rempah-rempah, sama seperti saudaranya Sultan Ternate. Tidore mempunyai riwayat yang cukup lama bahkan sampai Indonesia merdeka, daerah kekuasannya pun sangat luas. Daerahnya meliputi Halmahera Selatan, Pulau Buru, Seram, sampai beberapa Pulau sekitar Papua Barat. Berikut beberapa sejarah tentang Kerajaan Tidore.
1. Bukti Adanya Kerajaan Tidore
Dari sumber sejarah Kerajaan Tidore menyebutkan bahwa Kerajaan ini awalnya menganut ajaran symman yaitu percaya dengan roh leluhur atau menuhankan roh leluhur. Seiring berjalannya waktu Sultan Tidore memeluk agama islam dan pada abad ke-17 sebagai bukti Kerajaan Tidore berdirilah masjid Sultan Tidore. Masjid ini dibangun pada masa pimpinan Sultan Zainal Abidin. Ada juga beberapa Peninggalan kerajaan tidore antara lain ada Benteng Tahula, dan Karaton Tidore.
Selanjutnya adanya Kadaton Tidore yang merupakan tempat bersemayamnya Sultan. Istana ini pernah hancur ketika abad ke-20 lalu pada tahun 1997 Sultan Djafar Syah membangun kembali dan telah selesai pembangunannya tahun 2010. Selanjutnya masih ada peninggalan Benteng Tahula. Benteng ini dahulu berguna untuk pertahanan militer Spanyol sampai tahun 1662 dan letaknya sangat strategis. Benteng Tahula bisa untuk melihat seluruh perairan dan daratan Tidore. Pada tahun 1707 Spanyol pergi dari Tidore karena datangnya Belanda.
2. Kondisi Ekonomi kerajaan
Tanah disini sangatlah subur dan ada beberapa hutan rimba. Kerajaan Tidore memiliki masa keemasan atau kondisi ekonomi terbaik pada masanya. Masa pemerintahan raja ke-22 kehidupan ekonomi kerajaan Tidore sangatlah makmur. Dengan adanya hasil pertanian seperti cengkeh dan pala, yang berguna untuk ramuan obat maupun masakan. Tidak hanya bertani tetapi juga pandai dalam berdagang. Eropa merupakan daratan yang cukup dingin, hal tersebut tentu menguntungkan bangsa Maluku. Eropa sangat memerlukan rempah-rempah guna membuat obat dan bumbu masak. Karena hal itu perekonomian di Maluku kian bagus dan bertumbuh.
3. Perpecahan Yang Pernah Terjadi
Kerajaan Tidore pernah menjadi jajahan bangsa barat. Bangsa barat yang pertama datang ialah bangsa Portugis, pada tahun 1512 dan selanjutnya bersekutu dengan Kerajaan Ternate. Untuk menyelesaikan perseteruan antara Spanyol dan Portugis pada tahun 1529 dibuatlah perjanjian Saragosa. Perjanjian Saragosa berisi tentang bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaan di Filipina dan bangsa Portugis tetap tinggal di Maluku. Setelah perjanjian itu bangsa Portugis membangun sebuah benteng, yang berfungsi untuk melindungi Ternate dari serangan Tidore. Pada abad ke-17 Belanda datang ke Maluku, lalu terjadilah pertikaian antara Belanda dan Portugis. Belanda akhirnya bisa menduduki benteng portugis saat itu pada tahun 1605. Belanda membuat kebijakan-kebijakan baru yang isinya.
a. Melaksanakan sistem penyerahan wajib sebagian hasil bumi kepada VOC
b. Adanya perintah penebangan atau pemusnahan tanaman rempah-rempah jika harga rempah-rempah di pasaran naik turun (hak ekstirpasi) dan penanaman kembali secara serentak apabila harga rempah-rempah di pasaran naik atau meningkat.
c. Mengadakan pelayaran Hongi atau patroli laut yang diciptakan oleh Frederick de Houtman (gubernur pertama Ambon) yakni sistem perondaan yang dilakukan oleh VOC dengan tujuan untuk mencegah timbulnya perdagangan gelap dan mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan di seluruh Maluku.
Semua tindakan Belanda membuat masyarakat maluku menderita, dan membuat rakyat maluku geram yang akhirnya melawan Belanda. Tahun 1635 sampai 1646 Masyarakat kepulauan Hitu melawan VOC dan yang menjadi pimpinan ialah Saidi. Dengan segala usahanya rakyat Maluku masih kalah dengan Belanda, pada akhir abad ke-18 rakyat kembali melawan VOC. Perjuangan rakyat Maluku tidak sia-sia, yang akhirnya dapat mengusir Belanda. Setelah Sultan Nuku tutup usia, Belanda kembali lagi, dan rakyat Maluku kembali melawan. Pada abad ke-19 muncullah seorang pahlawan, ia adalah Kapten Pattimura. Kapten Pattimura juga berhasil untuk mengusir Belanda.
4. Politik Kerajaan
Kehidupan politik Kerajaan Tidore pada masa pemerintahan Sultan Nuku ialah yang berhasil menyatukan Tidore dan Ternate untuk melawan Belanda. Hal itu terjadi pada tahun 1780 sampai 1805 dan membuat Belanda kalah. Sejak saat itu Belanda, Spanyol, Portugis maupun Inggris tidak berani datang mengganggu lagi. Sultan Nuku memang sangat cerdas dan ulet, walaupun mendapat bantuan Inggris Sultan tidak memberikan apapun selain berhubungan dagang yang baik. Kemakmuran rakyat Tidore semakin meningkat dan kekuasaan semakin luas sampai sekitar Papua. Selanjutnya tahta berlanjut ke saudara kandung Sultan Nuku, ialah Sultan Zainal Abidin.
Selanjutnya muncul dua kubu, yaitu Uli Siwa dan Uli Lima. Uli Siwa daerahnya meliputi Halmahera, makean, Papua Barat, Kai beserta Beberapa Pulau kecil sekitarnya dan dipimpin oleh Kerajaan Tidore. Untuk Uli Lima meliputi daerah Seram, Bacan, Obi, Ambon, dan pemimpinnya ialah Kerajaan Ternate. Kedua belah pihak semakin memanas karena kedatangan bangsa Portugis untuk memperburuk keadaan. Akhirnya terjadilah pertempuran pada tahun 1550 sampai 1570. Sultan Hairun tertangkap lalu dilepaskan, namun beliau dibunuh ketika mengajukan perdamaian ke benteng portugis. Putra Sultan Hairun geram dan melakukan perlawan terhadap Portugis, sampai akhirnya Portugis menyerah akibat habisnya bahan makanan. Putra Sultan Hairun bernama Sultan Baabullah yang bisa membawa kejayaan Ternate. Lalu Kerajaan Ternate dan Tidore membuat aliansi untuk mengusir Portugis. Singkat cerita akhirnya Ternate dan Tidore paham bahwa sebelumnya mereka diadu domba oleh Portugis.
5. Masuknya Islam di Kerajaan
Kerajaan Tidore merupakan kerajaan islam yang cukup tua. Raja ke-9 pada waktu itu ialah Cirali Lijitu, yang mempunyai gelar Sultan Jamaludin. beliau memeluk agama islam sejak mendapat dakwah dari Syekh Mansur. Syekh Mansur adalah seorang ulama yang berasal dari jazirah arab pada abad 15 masehi. Tertulis dalam buku karya Daliman yang berjudul Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012). Penyebaran agama islam di Maluku masih terkait dengan islam tanah Jawa. Para ulama dan mubalig jawa selalu menjelajah keseluruh nusantara.
Pada tahun 1486 kanjeng Sunan Giri mengajarkan islam kepada muridnya di daerah Maluku dan sekitarnya. Salah satu muridnya bernama Zainal Abidin, beliau ialah Raja dari Kerajaan Ternate. Perkembangan islam di maluku sangat pesat, sampai penyebarannya masuk ke empat kerajaan besar seperti kerajaan Jailolo, Tidore, Bacan, dan Ternate. Kerajaan Tidore ialah sebuah kerajaan yang bercorak islam, begitu juga dengan masyarakatnya. Masyarakat Tidore zaman dulu selalu menggunakan hukum islam. Pada masa pemerintahan Sultan Nuku, beliau juga pernah menyatakan perjanjian damai dengan seorang perwakilan dari portugal dan bersumpah dibawah Al-quran.
Sekian tentang berbagai sejarah, perjuangan, dan masa keemasan Kerajaan Tidore, semoga dapat menjadi wawasan kita semua.