Halo sahabat Apik, kembali lagi dengan artikel yang membahas mengenai sejarah kerajaan Nusantara. Nah pada kesempatan kali ini KabarApik akan membahas mengenai sejarah Kerajaan Aceh
Dalam sejarah kerajaan Nusantara, Kerajaan Aceh merupakan salah satu kerajaan dengan corak Islam yang ada di Sumatera. Hal tersebut tercatat dalam berita Portugis mengenai kerajaan yang telah melepaskan diri dari pengaruh kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Selanjutnya kerajaan Aceh tumbuh menjadi sebuah kerajaan Islam besar yang mampu menguasai wilayah ujung utara Sumatera. Tidak hanya itu, Aceh juga menjalin Kerjasama dengan beberapa negara Islam seperti misalnya Mesir, Turki, dan Abysina.
Kerajaan Aceh letaknya sesuai dengan wilayah Banda Aceh seperti sekarang ini. Lokasinya yang strategis menjadikan Aceh sebagai titik penyebaran sekaligus menjadi bandar dalam hubungan dengan negara-negara Islam. Ali Mughayat Syah atau yang dikenal oleh Portugis dengan nama Sultan Brahim menjadi pendiri kerajaan tersebut. Jiwa kepemimpinannya yang sangat cemerlang membuat kerajaan Aceh mampu bangkit dengan cepat hingga mendominasi kawasan tersebut.
A. Kehidupan Masyarakat
-
Kehidupan Sosial Kerajaan Aceh
Di aspek sosial, Kerajaan Aceh begitu memberikan perhatian serius untuk bidang agama, terutama agama Islam. Sultan Iskandar Muda juga Iskandar Thani selalu memberikan jalan yang mulus kepada kalangan sufi ketika memimpin dakwah di Aceh. Akibatnya masyarakatnya dapat mengakses dengan mudah ajaran Islam secara menyeluruh. Aceh juga dikenal hingga saat ini menerapkan syariat Islam dengan sangat ketat di berbagai aspek kehidupan.
-
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Aceh
Pengaruh Aceh terhadap masyarakatnya juga terasa secara nyata dalam bidang ekonomi. Terutama pada masa pemerintahan Iskandar Muda. Kerajaan Aceh mulai dapat menerbitkan uang kepingan secara luas, serta menetapkan nilainya supaya tidak berubah-ubah. Dengan adanya uang ini masyarakat menjadi lebih mudah ketika berada dalam proses perdagangan, baik dalam maupun luar negeri. Bahkan nilai uangnya mampu bersaing dengan ringgit Portugis. Komoditas utama yang diperdagangkan oleh Aceh adalah lada.
-
Kehidupan Politik Kerajaan Aceh
Selain kehidupan sosial dan ekonomi, aspek politiknya juga menarik untuk dibahas. Secara politik, raja atau Sultan kerajaan Aceh adalah sosok pemimpin yang agresif dan mempunyai cita-cita yang besar dalam hal menguasai kawasan. Gambarannya bisa terlihat dari pembangunan angkatan perang kerajaan yang cukup besar. Hal tersebut sebagai respon atas banyaknya peperangan terjadi di sekitar wilayah Aceh.
Selain itu, Aceh juga secara terbuka menentang terhadap hegemoni Portugis yang terjadi di Malaka yang memonopoli kawasan perdagangan. Dan demi mendapatkan tambahan dukungan dan bantuan, Aceh membangun hubungan politik yang baik dengan negara Islam Timur Tengah, sekaligus untuk memperluas pengaruh.
B. Raja-Raja Kerajaan Aceh
Menurut sejarahnya, Kerajaan Aceh adalah kelanjutan Dinasti Kerajaan Samudra Pasai. Mampu bertahan selama sekitar tiga ratus tahun, sehingga memiliki banyak raja-raja dari berbagai keturunan. Nah berikut adalah Sultan atau Raja Aceh dari masa ke masa khususnya beberapa yang banyak muncul dalam literatur sejarah:
-
Sultan Ali Mughayat Syah (1520-1530)
Yang pertama adalah Sultan Ali Mughayat Syah, ia merupakan pendiri Kerajaan Aceh. Mulanya Sultan Ali melepaskan diri dari kekuasaan Pedir, kemudian mendirikan kesultanan sendiri. Dan dalam waktu singkat, tahun 1524, ia mengambil alih pengaruh dari Pedir, Pasai dan Daya. Kemudian tahun 1529, ia menyiapkan armada untuk menyerang Portugis di Malaka. Akan tetapi rencana tersebut batal di tahun berikutnya, akibat Sultan Ali wafat.
-
Sultan Alauddin Ri’ayat Syah (1537-1571)
Berikutnya Sultan Alauddin yang menjadi penguasa Aceh sepeninggal Sultan Ali. Ia yang mengembangkan kembali angkatan perang Aceh kemudian menjalin hubungan dengan negara-negara Timur Tengah. Dari situ, ia berhasil mendapatkan bantuan berupa teknisi-teknisi perang dari Turki. Teknisi perang tersebut digunakannya untuk menaklukkan Barus, Aru dan Batak. Kemudian Sultan Alauddin menempatkan saudaranya untuk menjadi penguasa di daerah taklukannya. Di tahun 1537, 1547, dan 1568, ia bahkan pernah menyerang Johor dan Malaka. Hal tersebut menjadi bukti bagaimana berkuasanya Aceh di wilayah tersebut.
-
Sultan Alauddin Ri’ayat Syah ibn Munawar Syah (1588-1604)
Sultan ibn Munawar Syah adalah Sultan Aceh yang berasal dari garis keturunan Indrapura. Di masa pemerintahannya, ia berhasil membuka luas perdagangan lada hingga dengan bangsa Eropa di Aceh. Hal tersebut akhirnya mencairkan hubungan antara Aceh dengan Malaka yang dikuasai Portugis, walaupun hanya sesaat.
-
Sultan Iskandar Muda (1607-1636)
Ia disebut-sebut merupakan raja terbesar dari Kerajaan Aceh. Banyak sekali kebijakannya yang berdampak besar terhadap meluasnya pengaruh kerajaan Aceh di wilayah tersebut. Ia juga yang mencetak uang emas serta menetapkan nilainya. Dengan begitu perdagangan menjadi semakin mudah. Sultan Iskandar Muda juga menjalin hubungan politik yang kuat dengan negara-negara Islam di Timur Tengah. Di saat yang sama ia juga menguatkan angkatan perang serta membumikan kebudayaan Islam pada masyarakat Aceh. Ia sangat mendukung kegiatan sufi dari Hamzah Al-Fansuri, yang membuat negara berandil besar dalam hal tersebarnya kebudayaan Islam.
-
Sultan Iskandar Thani (1636-1641)
Sultan Iskandar Thani adalah putra dari Iskandar Muda yang menggantikan tahta kepemimpinan kerajaan Aceh. Sayang di masa kepemimpinannya, Iskandar Thani tidak bisa mempertahankan pengaruh besar dari Kerajaan Aceh di wilayah tersebut dengan baik. Ditambah semakin menguatnya posisi VOC yang menguasai Malaka, juga Inggris yang sedang menduduki Siak dan sekitarnya. Ia wafat tanpa ada keturunan, sehingga tahta dilanjutkan oleh istrinya, yaitu Taj Al-Alam Safiatuddin Syah.
C. Masa Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Aceh
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan dalam periode kekuasaan Sultan Iskandar Muda tahun 1607- hingga 1636 Masehi. Pada masa ini ada penguatan dalam banyak aspek. Misalnya dalam aspek ekonomi dengan menciptakan uang emas yang berfungsi sebagai alat tukar sah dalam memudahkan perdagangan.
Kerajaan Aceh juga menjalin hubungan politik yang baik dengan negara Islam, misalnya Turki. Aceh memperdagangkan lada yang merupakan komoditas ekonomi utama. Hal tersebut membuat Aceh menjadi pesaing utama bagi Malaka dan Portugis dalam perdagangan. Sebab banyak pedagang muslim yang memilih untuk singgah di Banda Aceh.
Selepas wafatnya Sultan Iskandar Muda, putranya sultan Iskandar Thani tidak mampu menjalankan kekuasaan peninggalan ayahnya yang besar. Hal tersebut mengakibatkan pengaruh Aceh di wilayah tersebut makin lama semakin melemah dan menjadi salah satu faktor kejatuhan kerajaan Aceh. Ditambah kehadiran VOC yang menjadi penguasa Malaka termasuk menjadi faktor utama terpuruknya kerajaan Aceh. Hingga akhirnya di masa pemerintah kolonial, Batavia mengirim tentara menaklukkan Aceh. Setelah takluk, wilayah Aceh kemudian menjadi bagian dari Pax Nederlandica.
D. Peninggalan Kerajaan Aceh
- Masjid Agung Baiturrahman
Yang pertama adalah Masjid Agung Baiturrahman. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, awalnya adalah Masjid Raya yang sederhana sebagai pusat kesultanan. Kemudian Masjid ini rusak akibat dari penyerbuan Belanda. Baru kemudian pada tahun 1879 masjid ini dibangun kembali. Kini Masjid Agung Baiturrahman menjadi ikon Aceh, juga menjadi simbol rekonstruksi dan rekonsiliasi pasca tsunami 2004.
- Makam Iskandar Muda
Raja Sultan Iskandar Muda merupakan raja terbesar kerajaan Aceh, sehingga masyarakat dan kesultanan mengkhususkan makamnya. Letaknya berada di sebelah kediaman Gubernur Aceh. Selain itu, ada juga komplek pemakaman khusus bagi beberapa Sultan Aceh yang lain seperti sultan Iskandar Thani.
- Hikayat Prang Sabi
Yang terakhir adalah peninggalan berupa Hikayat Prang Sabi. Ini adalah naskah sastra atau hikayat yang berisi cerita mengenai jihad bagi umat Islam. Hikayat tersebut terdiri atas bagian nasehat dan juga bagian epos. Nah di bagian epos berisi cerita kepahlawanan yang terjadi di wilayah Aceh dari masa ke masa.
Nah sahabat Apik, demikian sejarah singkat mengenai kerajaan Aceh, semoga bisa bermanfaat.